Tentang Ane

Tuesday, December 23, 2014

Selamat Merayakan Natal yak

Ane tadinya tak pernah berfikir mengenai perihal boleh atau tidaknya seorang muslim mengucapkan ucapan “selamat natal” kepada seorang kristiani. Karena selama yang masih ane ketahui kemarin2, mengucapkan natal kepada umat kristiani adalah haram hukumnya bagi mereka yang muslim. Namun belum lama ini, Prof. Quraish Shihab, seorang ulama dan ahli tafsir terkemuka Indonesia, menyatakan bahwa boleh hukumnya untuk mengucapkan “selamat natal” kepada umat kristiani. Argumen beliau dilandaskan pada fakta bahwa kita selaku umat muslim yang tinggal di lingkungan heterogen dan multi religiusitas haruslah toleran terhadap mereka yang keyakinannya berbeda dari muslim. Hal ini bertujuan untuk membina hubungan baik antar umat beragama dalam masyarakat. Beliau juga menambahkan bahwa selama umat muslim hanya sebatas mengucapkan, dan tak mengikuti perayaan natal secara lebih jauh, hal ini diperbolehkan. Dengan kata lain, Quraish Shihab mengemukakan argument tersebut berdasarkan oleh landasan sosial. Bahwa kita; muslim, kristen, katolik, hindu, buddha, hidup bertetangga dan harus saling toleransi. Dan wujud “toleransi” tersebut direpresentasikan dalam bentuk ucapan selamat hari raya kepada mereka yang berbeda keyakinan.

            Sekilas ane percaya dengan apa yang dijelaskan oleh Quraish Shihab. Karena sebab sejatinya ucapan tersebut dilarang oleh sebagian pihak adalah muncul anggapan bahwa dengan mengucapkan "selamat natal", muslim berarti percaya dan mengakui bahwa Yesus benar lahir pada 25 Desember, dan dia merupakan anak Tuhan. Padahal dua premis tersebut kan tak relevan, antara (1) saya ngucapin natal. dan (2) saya mengakui bahwa Yesus dst. Ini sama saja dengan premis "saya mengucapkan selamat Idul Fitri kepada muslim dan saya mengakui bahwa Allaah adalah Tuhan saya". Dua hal ini merupakan hal yang berbeda. Plus, ane meyakini bahwa eksistensi umat muslim di awal abad 21 kini semakin terhimpit karena satu faktor yang amat fatal; TERORISME. Yap, bermula dari kejadian 9/11, kemudian di Indonesia sendiri terjadi kasus bom bali 2002, bom di kedubes Australia, dst. Hingga isu ISIS/Daulah Islamiyah yang kini makin mempopulerkan keterkaitan antara terorisme & islam. Karena eksistensi islam yang makin terhimpit inilah, ane rasa islam musti makin populis & “ramah” dimata masyarakat untuk membangun kembali citra islam. Keren kan misal ngliat para mas-mas berkoko dan bersarung gitu tersenyum dan memberi ucapan natal ke tetangganya yang sedang ngrayain natal. Ini yang kemudian ane fikirkan.

            Pada satu sore ane bertanya kepada senior ane, Mas Jo, mengenai pro-kontra pengucapan selamat natal ini. Dia mengatakan bahwa bila terjadi satu perdebatan, ambil jumhur ulama (yang lebih banyak diakui ulama). Plus, MUI ternyata juga telah memfatwakan mengenai hal yang sama pada th 1981. Isinya menjelaskan bahwa umat islam memang harus bergaul dan bekerjasama dalam kehidupan dunia. Namun tidak dalam urusan akhirat. Dalam hal ini, ane sepakat aja. Karena dia ane pandang lebih tahu. Kemudian ane browsing, dan mendapati fakta bahwa mayoritas jumhur ulama mengatakan bahwa mengucapkan “selamat” saja diperbolehkan. Yap. Oke. Kemudian ane cari fatwa MUI 1981 yang mengatakan hal diatas. Namun tak menyebutkan satupun bahwa mengucapkan “selamat” itu haram. Yang haram hanya mengikuti perayaannya (ikut upacara ibadah beserta rangkaiannya –kalo ini, JELAS). Berarti mengucapkan “selamat natal” hukumnya diperbolehkan atas dasar dua hal tersebut. Mungkin ada dasar-dasar lain, cuman ane belum tau.


            Mungkin hal ini terbilang sepele yak. Kenapa perihal mengucapkan “selamat” kepada orang lain saja dibesar-besarkan. Dan bahkan diharamkan atas dasar “mengucapkan berarti mengakui bahwa agama itu benar”. Kurang nyambung aja sih. Bahkan nampaknya, mengapa islam ane rasa belum terlalu berkembang dan bahkan kian terhimpit kini karena sikap sebagian penganutnya yang masih konservatif, tertutup, isolasionis. Takut terhadap hal-hal yang berbeda dengan ajaran lama. Misal ada orang islam yang inklusif, ramah, toleran terhadap siapapun… dibilang liberal. Suka ama film (?)… dibilang liberal. Lebih memilih pemimpin non-muslim tapi kompeten, dibanding yang muslim tapi tak kompeten… dibilang liberal. aahh.. padahal dunia sudah berubah. Kita kini dihimpit oleh isu-isu seperti terorisme yang bahkan jauh lebih besar ketimbang dengan hal-hal apa yang kita pertentangkan saat ini. 

jangan sampe deh islam maju dengan cara kayak gini. hardcore

*sebenernya ini hal sepele sih. ngucapin ama ga ngucapin, dampaknya juga ga terlalu gede. kalo pengen ya ngucapin, kalo ragu, ya nggak usah, kalo nentang, yaudah. wkwk.