Ane tadinya
tak pernah berfikir mengenai perihal boleh atau tidaknya seorang muslim mengucapkan
ucapan “selamat natal” kepada seorang kristiani. Karena selama yang masih ane
ketahui kemarin2, mengucapkan natal kepada umat kristiani adalah haram hukumnya
bagi mereka yang muslim. Namun belum lama ini, Prof. Quraish Shihab, seorang
ulama dan ahli tafsir terkemuka Indonesia, menyatakan bahwa boleh hukumnya
untuk mengucapkan “selamat natal” kepada umat kristiani. Argumen beliau
dilandaskan pada fakta bahwa kita selaku umat muslim yang tinggal di lingkungan
heterogen dan multi religiusitas haruslah toleran terhadap mereka yang
keyakinannya berbeda dari muslim. Hal ini bertujuan untuk membina hubungan baik
antar umat beragama dalam masyarakat. Beliau juga menambahkan bahwa selama umat
muslim hanya sebatas mengucapkan, dan tak mengikuti perayaan natal secara lebih
jauh, hal ini diperbolehkan. Dengan kata lain, Quraish Shihab mengemukakan argument
tersebut berdasarkan oleh landasan sosial. Bahwa kita; muslim, kristen,
katolik, hindu, buddha, hidup bertetangga dan harus saling toleransi. Dan wujud
“toleransi” tersebut direpresentasikan dalam bentuk ucapan selamat hari raya
kepada mereka yang berbeda keyakinan.
Sekilas ane percaya dengan apa yang
dijelaskan oleh Quraish Shihab. Karena sebab sejatinya ucapan tersebut dilarang oleh sebagian pihak adalah muncul anggapan bahwa dengan mengucapkan "selamat natal", muslim berarti percaya dan mengakui bahwa Yesus benar lahir pada 25 Desember, dan dia merupakan anak Tuhan. Padahal dua premis tersebut kan tak relevan, antara (1) saya ngucapin natal. dan (2) saya mengakui bahwa Yesus dst. Ini sama saja dengan premis "saya mengucapkan selamat Idul Fitri kepada muslim dan saya mengakui bahwa Allaah adalah Tuhan saya". Dua hal ini merupakan hal yang berbeda. Plus, ane meyakini bahwa eksistensi umat muslim
di awal abad 21 kini semakin terhimpit karena satu faktor yang amat fatal;
TERORISME. Yap, bermula dari kejadian 9/11, kemudian di Indonesia sendiri
terjadi kasus bom bali 2002, bom di kedubes Australia, dst. Hingga isu
ISIS/Daulah Islamiyah yang kini makin mempopulerkan keterkaitan antara terorisme
& islam. Karena eksistensi islam yang makin terhimpit inilah, ane rasa islam
musti makin populis & “ramah” dimata masyarakat untuk membangun kembali
citra islam. Keren kan misal ngliat para mas-mas berkoko dan bersarung gitu
tersenyum dan memberi ucapan natal ke tetangganya yang sedang ngrayain natal. Ini
yang kemudian ane fikirkan.
Pada
satu sore ane bertanya kepada senior ane, Mas Jo, mengenai pro-kontra
pengucapan selamat natal ini. Dia mengatakan bahwa bila terjadi satu
perdebatan, ambil jumhur ulama (yang lebih banyak diakui ulama). Plus, MUI
ternyata juga telah memfatwakan mengenai hal yang sama pada th 1981. Isinya menjelaskan
bahwa umat islam memang harus bergaul dan bekerjasama dalam kehidupan dunia. Namun
tidak dalam urusan akhirat. Dalam hal ini, ane sepakat aja. Karena dia ane
pandang lebih tahu. Kemudian ane browsing, dan mendapati fakta bahwa mayoritas
jumhur ulama mengatakan bahwa mengucapkan “selamat” saja diperbolehkan. Yap. Oke.
Kemudian ane cari fatwa MUI 1981 yang mengatakan hal diatas. Namun tak menyebutkan
satupun bahwa mengucapkan “selamat” itu haram. Yang haram hanya mengikuti
perayaannya (ikut upacara ibadah beserta rangkaiannya –kalo ini, JELAS). Berarti
mengucapkan “selamat natal” hukumnya diperbolehkan atas dasar dua hal tersebut.
Mungkin ada dasar-dasar lain, cuman ane belum tau.
Mungkin hal ini terbilang sepele
yak. Kenapa perihal mengucapkan “selamat” kepada orang lain saja
dibesar-besarkan. Dan bahkan diharamkan atas dasar “mengucapkan berarti
mengakui bahwa agama itu benar”. Kurang nyambung aja sih. Bahkan nampaknya,
mengapa islam ane rasa belum terlalu berkembang dan bahkan kian terhimpit kini
karena sikap sebagian penganutnya yang masih konservatif, tertutup,
isolasionis. Takut terhadap hal-hal yang berbeda dengan ajaran lama. Misal ada
orang islam yang inklusif, ramah, toleran terhadap siapapun… dibilang liberal. Suka
ama film (?)… dibilang liberal. Lebih memilih pemimpin non-muslim tapi
kompeten, dibanding yang muslim tapi tak kompeten… dibilang liberal. aahh..
padahal dunia sudah berubah. Kita kini dihimpit oleh isu-isu seperti terorisme yang
bahkan jauh lebih besar ketimbang dengan hal-hal apa yang kita pertentangkan
saat ini.
jangan sampe deh islam maju dengan cara kayak gini. hardcore |
*sebenernya ini hal sepele sih. ngucapin ama ga ngucapin, dampaknya juga ga terlalu gede. kalo pengen ya ngucapin, kalo ragu, ya nggak usah, kalo nentang, yaudah. wkwk.