Riuh
suara penonton memenuhi gedung olahraga Fakultas Hukum Universitas Atmajaya
(UAJY) Yogyakarta pagi itu. Pasalnya pada hari tersebut, Minggu (9/2) merupakan
sesi partai final dari rangkaian Kejuaraan Antar Kolat Merpati Putih se DIY-Jateng.
Kejuaraan ini diselenggarakan oleh UKM Merpati Putih UAJY bekerjasama dengan MP
cabang Sleman. Dimulai pada hari Jumat (7/2), event ini telah diikuti sebanyak
107 pesilat dari kurang lebih 15 kontingen. Pada event ini, layaknya Kejuaraan
Merpati Putih pada umumnya, membuka 3 kategori pertandingan, yakni; fight,
seni (tunggal & regu), serta power.
Hari
pertama dan kedua merupakan ajang kategori fight. Selama dua hari, para
pesilat menunjukkan kebolehannya dalam seni bertarung. Berjuang dari penyisihan
hingga sampai ke semifinal. Sedangkan pada hari ketiga, ketiga kategori
ditandingkan secara bergiliran. Mulai dari kategori power, seni, kemudian
semua partai final kategori fight. Dapat dikatakan hari itu merupakan
klimaks dari event Kejurlat kali ini. Pertandingan berlangsung seru dan keras.
iki fitri UGM versus salah satu pasukan kerajaan mataram |
Setelah
semua partai berakhir, tibalah acara berikutnya, yakni penutupan dan penyerahan
medali. Prosesi pengukuhan pemenang kali ini dilaksanakan secara sederhana. Namun
dibaliknya, terdapat makna bahwa para pemenang kali ini masih belum boleh
berpuas diri. Masih banyak pencapaian yang harus diraih sebagai seorang atlet
silat Merpati Putih. Pada sesi penutupan ini pula, diberikan title juara umum
kepada beberapa kontingen terbaik selama kejuaraan. Juara umum I diraih oleh
kontingen Klaten, diikuti oleh Banyumas dan Kartosuro yang mendapat title Juara
umum II dan III. Rangkaian kejuaraan selama 3 hari ini akhirnya ditutup oleh
pidato singkat dari perwakilan pengurus pusat MP, Mas Sigit Infantoro.
iki kategori power. tekniknya pake punggung siku. sasarannya beton 2 rangkap |
iki kategori seni tunggal putri |
juara umum I, II, III (urut dari kiri): Klaten, Banyumas, Kartosuro |
Bagi ane sendiri, event kejurlat kali ini merupakan
hal yang berbeda dari biasanya. Kenapa ? karena biasanya, ane dateng buat
bertanding dan ngliatin bagaimana teknik para pesilat. Tapi kali ini, ane
bersama temen2 diberi amanah untuk menjadi wasit juri pertandingan di kejurlat.
Jadi, kemarin ane dateng, berbincang2 ama wasit juri professional dari Jateng
yang bekerjasama dengan kami dan ngliatin wasit di gelanggang. Aneh juga rasanya
ternyata. Hahaha.
"bak, buk, bak, buk, gludakk". yo 1+2 1+3. blablabla. sok2 bingung dewe malahan |
Meski pada hari pertama, para wasit juri dari Jateng
agak sangsi dengan kinerja kami. Namun pada hari kedua, dengan banyak masukan,
kami dapat membuktikan bahwa kami mampu dan mau untuk belajar. Sedangkan untuk
para wasit juri dari Jateng, mereka selalu memberi masukan kepada kami dengan
cara yang berbeda-beda. Untuk itu kami berterimakasih.
Ane masih inget pada evaluasi wasit juri setelah
pertandingan berakhir. Salah satu wasit dari Jateng, Mas Drajat, berharap bahwa
melalui event kali ini akan muncul sosok2 wasit juri baru setingkat daerah yang
akan mengangkat nama Merpati Putih. Semoga saja terkabul.
tim wasit juri Kejuaraan Antar Kolat se DIY-Jateng. 7-9 Februari 2014 |
hargai mereka. tugas mereka tidak semudah yang kita bayangkan |
ulasan yang bagus, cerita diri sendiri yang baik, tapi akan lebih baik kalau bisa menunjukkan benar2 apa yang dirasakan mas Faiq dari persiapan menjadi wasit juri sampai selesai pertandingan bahkan dievaluasi di pogung... moga2 ada postingannya
ReplyDeleteMantap Om faiq...
ReplyDeletembok nulis di web MP UGM skalian... hha
ReplyDeleteLanjut mas
ReplyDeletekeren :)
ReplyDelete