Jaman sekarang banyak yang lagi ngomongin kosakata sebagai berikut nih kayaknya yak;
• Jomblo
• Pacar
• Galau
Sebenernya kalo ditilik lagi, apa sih makna dari kata-kata tersebut ?
Kok bisa ketiga kata tersebut mempengaruhi kehidupan mayoritas remaja jaman sekarang ?
Yah kalo menurut hemat ane, ketiga kata tersebut masih bisa digambarkan secara sederhana. Untuk menjawab pertanyaan diatas juga.
Pertama.
JOMBLO.
Kata ini pastinya udah ga asing ditelinga orang yang menghabiskan malam minggu sendirian… atau bareng-bareng (temen sejenis). Orang tersebut banyak bergaul seperti biasa, punya banyak waktu untuk dihabiskan, punya banyak kegiatan untuk dilakukan. Namun, mereka ga punya apa yang dinamakan “pacar”. Oleh karena itu, masyarakat bersama media yang mempengaruhi mereka, memberi seseorang stereotype “jomblo”. Atau kini yang lebih menyedihkan, muncul sebutan lain yakni “jones” atau jomblo ngenes (menderita –bhs.jawa). Yakni mereka, orang-orang yang tidak berpacar. Yang dihinggapi penyakit galau. Yang dianggap lebih rendah daripada mereka yang berpacar.
Meski demikian, para jomblo sebenarnya mempunyai asset terbesar dari dalam diri pemuda. Yakni waktu dan tenaga. Dengan tidak berpacar maupun galau, mereka dapat memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Penyaluran potensi tersebut bisa dilakukan dengan berkegiatan, berorganisasi, beribadah, belajar, berolahraga, dll.
HIBUR DIRI ANDA SENDIRI. HAHA |
Kedua,
PACAR.
Kalo kata yang satu ini identik dengan cinta, lawan jenis, pasangan, happily ever after, dsb. Mereka yang berpacar memang nampak lebih “WOW” dimata sebagian remaja lain dibanding para jomblo. Golongan ini juga nampak lebih “fluktuatif” hidupnya. Di awal penuh dengan kegembiraan dan kehangatan cinta, di tengah mulai bosan, dan di akhir ada konflik. Kemudian konflik mereda, dan siklus dapat terulang. Naik – turun – naik – turun, siklus yang melelahkan mengingat hubungan kedua manusia kemungkinan hanya berstatus “pacar” dan sifatnya sementara. Berbeda dengan hubungan suami – istri yang telah diikat dengan pernikahan. Dalam pernikahan, pastinya akan ada naik turun pula. Namun karena mereka telah diikat dengan apa yang disebut “pernikahan”, sesuatu yang telah diridhoi dan disebut sebagai “penyempurna separuh agama”. Maka konflik tersebut akan menemukan jalan terbaiknya.
ciee, dunia serasa milik berdua dalam kategori ini |
Ketiga,
GALAU.
Kata ini identik dengan kebingungan, gundah gulana, dan gelisah. Memang definisi galau bisa diartikan dengan berbagai jenis kondisi. Namun kata “galau” yang lagi ngetrend ini kini identik dengan penyakit jomblo. Definisi sederhananya mungkin “kegelisahan para jomblo dalam hal cinta, mengingat ketidakmampuan mereka dalam memberi/mendapat cinta dari pujaan hati”. Kondisi galau ini sudah pasti ga baik. Karena kegelisahan yang terus melanda. Menghambat seseorang melakukan hal produktif yang mestinya mereka lakukan.
salah satu contoh kegalauan |
Meski demikian, galau mempunyai solusi tersendiri. Yakni sibukkan diri, lakukan hal yang bermanfaat, atau minimal kelilingi diri dengan teman dan sahabat.
Sebelumnya diatas, kenapa ane menyebut media dalam hal penyebaran ketiga kosakata tersebut ? Karena memang media lah (terutama Televisi) yang ane rasa memegang andil besar dalam membentuk berbagai stereotype dan opini publik, termasuk jomblo. Sekarang, FTV berkisah cinta remaja dimana-mana, di berbagai channel TV dan di berbagai waktu. Pun demikian halnya dengan dunia musik kita. Anak muda dan remaja kita dicekoki oleh tontonan dan musik yang isinya berangkat dari kisah cinta, mulai dari yang bertema “Gembira Ria, Hatiku Seakan Terbang Ke Angkasa” sampai “Tanpamu Disisiku, Hidupku Serasa Layu”.
contoh media internet dalam nyebar kegalauan |
Sebenarnya memang wajar bila remaja dilanda cinta. Rasa ini dapat memperkuat kita, pun dapat pula membutakan. Namun satu hal yang nampak kurang pas apabila “cinta remaja” tersebut kian dilebih-lebihkan. Seolah tidak ada dunia lain dalam masa remaja selain dunia percintaan. Hal ini kian menguat dengan kehadiran sosial media. Bukan menyalahkan website-nya, namun hanya mengingatkan bahwa banyak remaja yang kini menggunakan sosmed sebagai “media cinta”. Misalnya; berpacaran di media sosial, bertutur sapa mesra, padahal perbincangan mereka dapat disaksikan oleh ribuan orang. Bisa juga dengan berkeluh kesah tiada henti karena galau. Melampiaskan kemarahan karena sebab cinta, dsb.
Dalam hal ini, semuanya kembali ke individu kita masing-masing. Termasuk dimanakah diri kita ?
Jika anda memandang hal ini salah, maka bantahlah sebagaimanapun. Karena itu hak anda dalam berpendapat.
Namun jika fenomena ini anda rasa benar. Maka lakukanlah hal yang benar. Solusi dari semua ini, mulailah dari diri sendiri. Lakukan hal yang bermanfaat. Perbaiki diri.
Dalam kasus televisi dan musik, memang sedikit yang bisa kita lakukan. Namun untuk kasus media sosial, kita dapat ikut andil besar dengan mulai merubahnya ke sesuatu yang lebih berguna dan jauh dari sifat galau. Bagikan hal yang bermanfaat. Bukan hal yang menjerumuskan.
OBAT GALAU; banyak hal yang bisa dilakukan pemuda. banyak yang bisa ente lakuin meen |
No comments:
Post a Comment