Tentang Ane

Friday, January 31, 2014

Review Gandhi (1982)

     Siang ini masih sama seperti siang biasanya di hari liburan ane. Dihias dengan langit mendung dan ramainya hujan. Khas cuaca di Hari Awal Tahun kalender Cina. Dengan keadaan cuaca seperti ini ane kemudian memutuskan untuk bersantai sembari menonton film. Yah yang ane sadari, isi laptop ane sekarang udah semakin mirip ama drive di warnet yang isinya folder puluhan film, baik jadul maupun baru. Dan satu film yang akan ane tonton ini, pada akhirnya memang film yang menarik, inspiratif, dan patut untuk ditonton oleh kita semua. Film ini berjudul “Gandhi” (1982). 

     Berkisah tentang biografi Mohandas Karamchad Gandhi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mahatma Gandhi. Sesosok tokoh yang namanya telah melegenda dalam sejarah umat manusia modern. Gandhi merupakan seorang pria India yang telah tercatat sebagai pejuang idealis yang mempertahankan prinsip non-violence, atau non-kekerasan. Melalui karya Columbia Pictures ini, kita diajak mengarungi langsung perjalanan hidup seorang Gandhi dalam mempraktikkan implementasi prinsip non-kekerasan-nya dalam kehidupan nyata yang penuh konflik. 

        Film ini dimulai dengan adegan dimana Gandhi akan melakukan ibadah sore bersama para pengikutnya. Gandhi yang telah lemah, dibopong oleh dua orang pengikutnya, berjalan perlahan menuju keramaian. Saat itu, terdapat seorang diantara ratusan yang mendekat, mencium kaki Gandhi. Pria tua itupun membungkuk pada pengikutnya tersebut, hanya untuk mendapati bahwa si pengikut tersebut ternyata mengambil pistol, untuk kemudian menembaki Gandhi tepat di dada. Menyebabkan Gandhi terjatuh dan meninggal pada saat itu juga. Sejurus kemudian, kamera menyorot kepada ramainya kerumunan orang yang datang pada saat pemakaman Gandhi. Menurut website IMDB, tak kurang dari 400.000 orang direkrut sebagai figuran saat itu. Jumlah yang amat fantastis menurut ane. Tak pelak, adegan tersebut dikatakan sangat representative dengan kondisi nyata pemakaman Gandhi di tahun 1948. 

Poster Film


Flashback  ke tahun 1890an akhir. Dimana kisah “Gandhi” resmi dimulai. 

      Dikisahkan pada tahun tersebut, Gandhi muda pergi ke Praetoria, Afrika Selatan sebagai pengacara pendamping para pedagang muslim asal India. Gandhi yang kemudian diusir dari gerbong 1st class hanya karena dia seorang dengan kulit berwarna, marah. Di Afrika Selatanlah perjuangannya dimulai. Ia menuntut kesetaraan antara India dan kulit putih. Seiring waktu, dibarengi dengan keluar masuknya ia dalam penjara, Gandhi muda berhasil mengangkat derajat kaumnya di Afrika Selatan.

      Setelah misinya dirasa berhasil, ia pun akhirnya kembali ke tanah asalnya, India. Ia dianggap sebagai pahlawan disana, dielu-elukan, dipuji sebagai pejuang HAM. Karena itu, Gandhi kemudian disambut oleh para pejabat India, bahkan diundang dalam Kongres Nasional India. Namun dalam hingar bingar gelar “pahlawan” tersebut, Gandhi merasa masih ada yang kurang. Didapatinya di pinggir jalan bahwa masih banyak warga miskin yang menderita. Karena itulah kemudian Gandhi melakukan perjalanan ke seantero India. Ia menyebutnya discovering India.

Gandhi sewaktu disidang di Pengadilan

      Berangkat dari fakta kemiskinan dan perbedaan itulah, Gandhi kemudian memperjuangkan India. Tujuan akhirnya; mengusir kaum imperialis Inggris dari tanah India. Berbagai rintangan pun ia hadapi, termasuk “hobi”nya keluar masuk penjara. Namun dalam perjalanannya, ia tetap menjalankan prinsip non-kekerasannya nya. Pun demikian dengan para pengikutnya. Strategi kunci Gandhi disini terwujud dalam 4 tindakan: Provokasi, Massa, Non-kooperatif, serta Non-kekerasan. 

      Setelah perjuangan panjangnya, akhirnya India pun merdeka. Namun disini muncul masalah baru terkait pembagian wilayah bagi Hindu dan Muslim. Keadaan pun menjadi kacau setelah dua kubu ini berkonflik. Gandhi yang sedih kemudian memutuskan untuk berpuasa hingga mati bila tak ada perdamaian. Para Hindu dan Muslim yang awalnya keras, akhirnya luluh oleh sosok pria tua kurus tersebut. Kedamaian pun akhirnya terwujud di India.

      Dalam film ini, sosok Gandhi digambarkan dengan amat kuat oleh Ben Kingsley, sang aktor. Melalui “Gandhi” pula, kita dapat melihat banyak hal dari berbagai sisi dalam sebuah konflik. Tentang bagaimana strategi Gandhi, peran Jawaharlal Nehru, Muslim vs Hindu, British Empire, dll. 

Sebagai tambahan, ada beberapa quote dari adegan yang bagus menurut ane;
  • An eye for an eye only ends up making the whole worlds blind
  • Where there's injustice, I always believed in fighting. The question is, do you fight to change things or to punish? 
  • Whenever I despair, I remember that the way of truth and love has always won. There may be tyrants and murderers, and for a time, they may seem invincible, but in the end, they always fail.


Terus percakapan ini. Dimana saat konflik Hindu vs Muslim mulai reda, datang seorang Hindu yang marah.
Hindu Man: I’m going to hell !
Gandhi: God decides who’s going to hell
Hindu Man: I killed a child (muslim), smashed his head to the wall
Gandhi: Why ?
Hindu Man: Because muslims killed my child, about this high (mulai tersedu, sambil menatap kuat seorang pemimpin muslim yang berdiri disamping Gandhi)
Gandhi: I know a way out of hell
Hindu Man: ????
Gandhi: Find a child, whose mother and father has been killed. About this high (menunjukkan tinggi badan anak si Hindu). And raise him as your own child… only be sure that he is a muslim. And that you raise him as one
Hindu Man: (terdiam, shock. Tak lama, ia pun menangis terduduk di kaki Gandhi)

Adegan yang amat kuat menurut ane. Worth to watch lah pokoke film iki.

one man. one principle. changing the world

Wednesday, January 29, 2014

Pak Husein

        Siang itu masih sama layaknya hari kerja biasa. Banyak pria dan wanita berpakaian putih panjang berseliweran di ramainya lorong RS. Sardjito. Sembari berpapasan dengan para dokter tersebut, Fulan menengadah ke atas, melihat cerahnya biru putih langit. "Hari yang cerah untuk donor darah" ujarnya dalam hati.

        Fulan pun berjalan perlahan, masuk ke Unit-Entah-Apa-Namanya yang mengurusi transfusi dan hal lain yang berhubungan dengan kebutuhan darah. Sembari mengantri, ia mengobrol dengan seorang pria paruh baya. Dalam momen ini ternyata Fulan mendapati bahwa lawan bicaranya ternyata mempunyai sesuatu yang menarik. Beliau mempunyai semangat yang luar biasa dalam menolong orang, meski hanya berbekal darah yang disumbangkannya tiap 3 bulan sekali. 

        Pak Husein, demikian orang memanggilnya, merupakan tukang becak yang mempunyai pengalaman pahit terkait kesehatan. Istrinya selama 8 tahun merupakan pasien di RS Sardjito. Beliau mengidap lupus, sebuah penyakit yang disebabkan oleh terlalu banyaknya antibodi di tubuh seseorang, hingga membuat antibodi tersebut bukannya melindungi, namun malah menggerogoti tubuh orang tersebut. Dengan sabar pak Husein menunggu, membiayai, dan mendoakan istrinya selama 8 tahun. Selama itu pula tukang becak tersebut sadar betapa berharganya kesehatan, hingga kemudian mulai beliau mulai merutinkan kebiasaan mudanya, yakni donor darah. 

MARI BERBAGI :)

        Dalam obrolan itu pula Pak Husein mengatakan kepada Fulan bahwa hal yang menyebabkannya makin rutin mendonorkan darahnya adalah suatu Hadits/ayat Al-Qur’an (sori lupa, hehe), yang berkata bahwa makin banyak seseorang bersodaqoh, maka urusannya di dunia maupun di akhirat akan dipermudah. Namun sayang, pada akhirnya sang istri tidak dapat diselamatkan. Beliau meninggal dengan damai pada Oktober 2012 lalu. Meski demikian, Pak Husein tetap menerima semuanya dengan lapang dada. Ia tetap berpegang teguh pada prinsipnya dalam bersodaqoh dan menolong orang lain. 

        Mendengar kisah tersebut, Fulan tertusuk diam. Selama ini ia bukanlah termasuk orang yang sering bersodaqoh. Namun menurut pak Husein pula, bersodaqoh tak hanya melulu dengan uang. Melainkan dapat dengan apa saja yang kita punya, termasuk darah. 

Keren banget sampeyan pak !


Tuesday, January 7, 2014

Selamat Tinggal 2013

Selamat tinggal 2013

      Banyak dinamika yang terjadi, pun banyak pula pelajaran yang bisa diambil. Sejenak menyadarkan pikiran ini bahwa Allaah Sang Pencipta memang memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

      Kadang terlihat pahit, tak enak, sesak, tapi selayaknya obat-obatan. Justru rasa seperti itulah yang ternyata kita butuhkan. Yang ternyata dibalik segala kepahitan tersebut, keadaan kita malah menjadi lebih baik.. jauh lebih baik mungkin saja.

Mengutip sepenggal tulisan Cak Nun
Kalau Allah membebaskanku dan semua manusia untuk mengambil keputusan sendiri mengenai tanah dan langit, mengenai apa yang baik dan yang buruk, mengenai yang mana selamat dan yang mana celaka – maka ya Allah, dalam beberapa hari kami ummat manusia akan musnah dari muka bumi.

      Namun, tak jarang pula Allaah memberi kita kebahagiaan yang berlimpah ruah. Mulai dari hal kecil, hingga hal luar biasa.

Ia memberi kita jalan untuk menikmati hidup, meski hanya dengan menatap bintang-bintang di cakrawala, atau menghirup hawa tanah yang basah oleh air hujan. 

Ia memberi kita rasa bahagia, meski hanya dengan melihat orang lain tersenyum dan tertawa lepas.

Ia memberi kita inspirasi dan motivasi yang bisa jadi diberikan-Nya melalui perantara seseorang dan kejadian

Selamat tinggal 2013. Alhamdulillaahi robbal ‘alamin.

Selamat datang 2014. Harus jadi lebih baik lagi :)

waton njupuk soko internet. halo 2014 lah pokokeee