Senin kemarin ane ditelpon ama
bapak. Beliau memberitakan kepada ane bahwa mbah udah sakaratul maut di RS. PKU.
Ane yang kaget pun kemudian bergegas pulang ke Solo setelah sholat ashar. Pukul 6.00
sore ane masuk ke PKU, langsung menghampiri kamar mbah. Ternyata beliau udah
diberikan CPR oleh suster. Berulang-ulang. Hingga akhirnya grafik detak jantung
beliau pun datar. Tak ada detak. Innalillaahi wa inna ilaihi roji’un. Mbah
meninggal pukul 18.30 di RS PKU pada usia 91 tahun L
Semoga
amal ibadah beliau menjaganya di alam barzah kelak.
Saat
ane dan pakde2 mempersiapkan pemakaman beliau, tibalah pada satu sesi dimana
mereka akan menuliskan riwayat hidup mbah Atmowahyono. Ane terperangah. Tanpa
ane ketahui, ternyata mbah adalah sosok yang amat hebat. berikut kira2 isi
riwayat hidup dan perjuangan beliau:
· Alm. Atmowahyono
lahir di Kalisige, Karakan, Weru, Sukoharjo pada tanggal 23 (atau 22) Juni
1923.
· Pada usia 13
tahun, beliau mengenyam pendidikan pertamanya, yakni di Ponpes Tegalsari
Surakarta.
· Setelah tamat
dari Ponpes, beliau bekerja di Departemen Keagamaan Sukoharjo.
· Kemudian
berpindah ke Departemen Penerangan hingga pension pada tahun 1979.
· Pasca pensiun,
beliau kemudian menjadi guru Kemuhammadiyahan di MTs dan MAN Muhammadiyah Weru.
Terakhir diketahui, pada tahun 1985 beliau masih mengajar. Dengan kata lain,
beliau bekerja secara formal hingga usia 62 tahun.
· Selepas
menanggalkan posisi guru, mbah Atmo beralih profesi menjadi petani dan peternak
kambing ayam hingga hari tuanya.
· Sedangkan dalam
catatan perjuangannya, beliau termasuk salah satu pendiri dari Muhammadiyah
cabang Weru, Sukoharjo (1963), Baitul Maal wa Takmil (BMT) cabang Weru dan cabang
Karangtengah. Selain itu mbah Atmo juga termasuk pendiri IPHI cabang Weru serta
sekolah2 Muhammadiyah di Weru.
· Pada tahun
1950an, mbah Atmo juga pernah menjabat sebagai Ketua Masyumi (organisasi Islam
zaman Jepang), hingga akhirnya dijebloskan ke penjara karena beliau dituduh
berafiliasi dengan DI-TII. Mbah putri pun tetap rajin menjenguk mbah Atmo di penjara.
Ternyata
luar biasa sekali perjalanan hidup mbah. Sayang, ane sebenernya terpukul juga
waktu itu. Melihat kenyataan bahwa ane mengenal mbah, ayah dari ibu ane,
seseorang yang telah tinggal seatap bersama keluarga ane sejak 3 tahun yang
lalu, justru setelah beliau tiada. Haaaahh..
Meski demikian, sebisa mungkin ane akan meniru
jejak perjuanganmu, pahlawanku.
4 GENERASI |