Tentang Ane

Saturday, May 31, 2014

Mendikte Tuhan

Pernah ga suatu ketika, kamu menginginkan sesuatu. Pasti pernah kan ? Bohong banget dah kalo jawab ga pernah. Haha.

        Keinginanmu mungkin bisa berupa apapun. Mulai dari barang bagus, makanan enak, posisi strategis, IP 4, cita-cita, hingga idealisme. Ya, sah-sah aja sih untuk menginginkan itu semua. Ane pun demikian, punya beberapa keinginan. Mulai dari yang mini, hingga yang jumbo dan ekstra jumbo. Ck, udah kayak ukuran gentong aja ya.

       Tapi apa yang terjadi ketika keinginan kita berbanding terbalik dengan kenyataan ? padahal usaha udah dilaksanakan pula. Bahkan dalam kasus tertentu, kita ga menyangka kalo kehidupan kita bisa dalam sekejap berbalik 180 derajat. Plakk, kayak ditampar telak di muka. Harapan berbanding terbalik dengan kenyataan bukan ?

Apa yang terjadi berikutnya bisa dipilah menjadi dua kemungkinan;
  1. Sabar, tetap berpikir jernih sambil mencari solusi bagi masalah yang sedang dihadapi. Bisa jadi karena kita bingung, kemudian cari temen buat tempat curhat deh. Itung2 dapet rasa lega karena udah plong cerita ama bisa dapet varian solusi yang berbeda dari sudut pandang kita.
  2. Galau, njuk bingung. Terus mencoba mengulang-ngulang apa yang terjadi di dalam kepala. Mencari tahu APA atau SIAPA yang musti disalahkan. Dan apa kesalahan mereka. Hingga kemudian virtualisasi dalam otak tersebut masuk dan dirasa menjadi kenyataan bagi kita. Sejurus berikutnya, kita telah mengetahui “apa/siapa” yang musti disalahkan. Bisa teman, lawan, maupun keadaan. Daan kalo udah sampe level menyalahkan “keadaan” ini, berarti udah gawat. Karena secara ga langsung, kita udah menyalahkan Dia yang membuat keadaan jadi demikian. Kita pengen A, nah malah dikasih B. Giliran kita pengen B, jebret ! malah dikasi R. Kita merasa lebih tau apa yang terbaik untuk kita, daripada Dia yang menciptakan kita. Padahal kita ga tau apakah hal tersebut yang malah cocok untuk kita.


“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)

Ditambah lagi, dulu ane pernah baca kutipan Cak Nun, tapi lupa. Hehe. Intinya beliau menyampaikan bahwa jika Tuhan menyerahkan semua urusan kepada umat manusia; agar manusia bisa bebas berkehendak semau mereka. Maka cukup butuh waktu esok lusa untuk menunggu kehancuran kita semua.


Jadi, intinya. Ambil opsi 1 aja kalo lagi galau. Kalo udah terlanjur masuk ke opsi 2, segera hubungi temenmu untuk curhat. Hehe. 
*asli curhat ki

Monday, May 5, 2014

(Bukan Ulasan) Mata Najwa on Campus UGM

         Dua minggu lalu, tepatnya pada hari Jumat (25/4), Mata Najwa on Campus (MoC) berkunjung ke UGM untuk mengadakan talkshow bersama tokoh2 ternama. Dengan mengusung tema “Dari Jogja untuk Bangsa”, acara ini sukses menyedot perhatian ribuan orang di Kota Gudeg. Episode Mata Najwa kali ini mengundang tamu-tamu spesial, antara lain; Mahfud MD, Chairul Tanjung, Sultan HB X, Anies Baswedan, serta Ridwan Kamil. Menarik menurut ane melihat mereka duduk dalam satu forum dan berbincang-bincang dengan Mbak Najwa yang pinter itu. Hehe.

           Kelima tokoh tersebut merupakan sosok dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Mahfud MD merupakan sosok tegas yang berkiprah di bidang hukum. Prestasi beliau yang paling mencolok adalah kiprahnya sebagai ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2013. Berikutnya adalah sosok pengusaha kaya raya pemilik CT Corp, Chairul Tanjung “Si Anak Singkong”. Hadir pula pemimpin rakyat Jogja disini, yakni Sultan HB X. Sultan merupakan gubernur, sekaligus raja di Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Beliau termasuk pemimpin yang memegang teguh falsafah Jawa ditengah hiruk pikuknya globalisasi kini. Untuk itu, ane salut kepada beliau. Kemudian, Sosok Anies Baswedan muncul pula dalam talkshow kali ini. kereen. Mas Anies ini ane rasa merupakan idola para mahasiswa masa kini. Karena tak hanya berposisi sebagai rektor termuda di Indonesia, Anies Baswedan juga merupakan seorang yang amat menghargai intelektualitas. Baginya, pendidikan merupakan prioritas nomor satu dalam metodenya memperbaiki bangsa. Jujur ane sangat menyukai kiprah beliau. Terakhir adalah sosok Ridwan Kamil, atau yang kerap disapa Kang Emil. Walikota Bandung ini merupakan rising star politikus muda Indonesia. Ia telah berhasil menyulap Bandung menjadi kota yang lebih baik, salah satunya adalah dengan Taman Jomblonya. Wkwk. Lucu soalnya nama taman ini.
baguss
         Meski berbeda-beda dalam hal latar belakang, namun mereka sama dalam hal tujuan, yakni memajukan bangsa. Dengan cara masing-masing tentunya. Terkecuali salah seorang pihak yang sering menampilkan joget2 ga jelas setiap hari di TV, ane ragu apa metode itu termasuk dalam proyek pembangunan bangsanya. Hehehe. Tapi ya, tak adil namanya bila men-judge seseorang hanya karena keganjilan kecil yang diciptakannya. Tiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Dan bagi ane, kelebihan kelima sosok inilah yang mungkin membuat mereka diundang dalam talkshow ini. Mereka mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi orang lain dalam hal bersikap positif. Dengan berpikir dan bersikap positif, otomatis kita optimis. Dengan optimis, maka seseorang dapat lebih melihat tujuan dibalik segala halangan yang menghadang.

If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and become more, you are a leader.
--John Quincy Adams


Dengan kian bermunculannya sosok-sosok pemimpin seperti yang tersebut diatas. Ditambah sosok seperti Dahlan Iskan, Jokowi, atau Bu Risma. Disisi lain, dengan mulai tenggelamnya popularitas tokoh-tokoh besar alumni rezim kemarin. Ane yakin ke depan Indonesia akan mulai menampakkan sinarnya kembali. Bangsa ini akan mampu berdiri diatas kedua kakinya sendiri. Mulai mandiri, dan tak banyak kompromi. Meski buanyak sekali PR yang musti dijalankan untuk mencapai hal ini, seperti pengentasan korupsi, pengubahan mindset negatif masyarakat ke pemerintah, perubahan media kearah yang lebih netral dan edukatif, penegasan kembali posisi Indonesia di mata dunia dengan mengambil sisi yang jelas dalam kebijakan internasionalnya, dll. Namun ane yakin, dengan munculnya sosok pemimpin yang dapat menumbuhkan rasa optimisme di hati masyarakat. Bangsa kita akan dapat menjalani semuanya.
kalo ini idola ane sejak dulu di Solo. sederhana, visioner, talk less do more !