Pernah ga suatu ketika, kamu menginginkan sesuatu. Pasti pernah kan ? Bohong
banget dah kalo jawab ga pernah. Haha.
Keinginanmu mungkin bisa berupa apapun. Mulai dari barang bagus, makanan
enak, posisi strategis, IP 4, cita-cita, hingga idealisme. Ya, sah-sah aja sih
untuk menginginkan itu semua. Ane pun demikian, punya beberapa keinginan. Mulai
dari yang mini, hingga yang jumbo dan ekstra jumbo. Ck, udah kayak ukuran
gentong aja ya.
Tapi apa yang terjadi ketika keinginan kita berbanding terbalik dengan
kenyataan ? padahal usaha udah dilaksanakan pula. Bahkan dalam kasus tertentu,
kita ga menyangka kalo kehidupan kita bisa dalam sekejap berbalik 180 derajat. Plakk,
kayak ditampar telak di muka. Harapan berbanding terbalik dengan kenyataan
bukan ?
Apa yang terjadi berikutnya bisa dipilah menjadi dua kemungkinan;
- Sabar, tetap berpikir jernih sambil mencari solusi bagi masalah yang sedang dihadapi. Bisa jadi karena kita bingung, kemudian cari temen buat tempat curhat deh. Itung2 dapet rasa lega karena udah plong cerita ama bisa dapet varian solusi yang berbeda dari sudut pandang kita.
- Galau, njuk bingung. Terus mencoba mengulang-ngulang apa yang terjadi di dalam kepala. Mencari tahu APA atau SIAPA yang musti disalahkan. Dan apa kesalahan mereka. Hingga kemudian virtualisasi dalam otak tersebut masuk dan dirasa menjadi kenyataan bagi kita. Sejurus berikutnya, kita telah mengetahui “apa/siapa” yang musti disalahkan. Bisa teman, lawan, maupun keadaan. Daan kalo udah sampe level menyalahkan “keadaan” ini, berarti udah gawat. Karena secara ga langsung, kita udah menyalahkan Dia yang membuat keadaan jadi demikian. Kita pengen A, nah malah dikasih B. Giliran kita pengen B, jebret ! malah dikasi R. Kita merasa lebih tau apa yang terbaik untuk kita, daripada Dia yang menciptakan kita. Padahal kita ga tau apakah hal tersebut yang malah cocok untuk kita.
“Boleh jadi, kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan
kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)
Ditambah lagi, dulu ane pernah
baca kutipan Cak Nun, tapi lupa. Hehe. Intinya beliau menyampaikan bahwa jika
Tuhan menyerahkan semua urusan kepada umat manusia; agar manusia bisa bebas
berkehendak semau mereka. Maka cukup butuh waktu esok lusa untuk menunggu
kehancuran kita semua.
Jadi, intinya. Ambil opsi 1 aja kalo lagi galau. Kalo udah terlanjur
masuk ke opsi 2, segera hubungi temenmu untuk curhat. Hehe.
*asli curhat ki
No comments:
Post a Comment