Tentang Ane

Tuesday, September 9, 2014

Catatan KKN Eps 4; Petualangan Mencari Air

       Seminggu kemudian, tepatnya pada Minggu 20 Juli. Pasca ngepul susu, kami pergi bersama untuk sekedar jalan2 di lereng Merbabu. Tepatnya di dusun Selo. Niat awal kami yang mulanya jalan2, ternyata kemudian mendapat fakta yang mencengangkan. Woooh

        Mulanya kami naik dengan tujuan mencari pemandangan indah. Hingga akhirnya kami sampai (dengan tidak sengaja) di dusun Selo atas. Dan konon di daerah inilah terdapat sumber air yang luarbiasa, hingga kemudian dinamakan daerah Thuk Babon (kata Tongki sih; Thuk =  mata air, Babon = besar) atau Kuthuk Babon. Di dusun ini, air melimpah ruah. Hal ini terbukti dengan memancarnya selang dan keran air dimana2. Seolah tak mampu lagi menampung volume air yang ada.

        Kami kemudian fokus untuk tetep jalan2 (halah). Naik turun ladang, mendapatkan pemandangan yang keren, hingga kemudian turun lagi. Di tengah jalan pulang di ladang, kami melihat dari kejauhan; sebuah bak putih besar yang ada di tengah ladang. Kontan kami teringat dengan perkataan Mas Agus yang tempo hari menunjukkan sebuah bak putih yang terlihat kejauhan di atas lereng Merbabu. Mas agus berkata bahwa bak tersebut lah yang mengirimkan air ke seluruh penjuru Selo. Anwar pun berkata saat itu juga, bahwa kami harus mengunjungi desa di tempat bak tersebut.

        Lanjut ya, setelah beberapa saat, kami memutuskan untuk mengunjungi bak tersebut. kami pun berjalan kesana. Turun dan berjalan beberapa saat. Kira2 4 meter sebelum kami sampai bak, terdengar suara berisik riuh air. “wah bener nih…” saat itu perasaan kami bercampur antara lega dan miris pula. Lega karena kami telah menemukan dusun sumber permasalahan. Namun miris juga karena ternyata dusun tersebut memang bermasalah, sama seperti yang digambarkan masyarakat Samiran.

belum punya foto lainnya. tapi ini foto pas jalan kearah bak penampungan air

      Di sepanjang jalan saat turun pula, kami mendapati banyak sekali air dengan jumlah yang mencengangkan bila dibandingkan dengan Samiran. Banyak darinya yang tumpah ke selokan, mancur bocor dari pipa2 besi yang malang melintang disepanjang desa, atau bahkan terbuang percuma dari tempat wudhu. Bandingkan dengan Samiran yang airnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan seadanya, untuk wudhu di masjid pun kadang habis. Apalagi untuk kebutuhan sapi perah. Beeeehhh, jangan tanya.

        Komoditi utama di Thuk Babon nampaknya adalah pertanian. Pertanian sayuran mahal coy ! cabe, bawang merah, menghiasi ladang dan halaman rumah warga. Ah pantas saja rumah2 di dusun ini bagus2. Banyak yang punya mobil pula. Ketimpangan ekonomi nampak jelas di dusun ini jika dibandingkan dengan Samiran. Kalo kata Soekarno, “siapa yang menguasai minyak, ia menguasai hidup orang banyak”. Disini, kata “minyak” mungkin lebih relevan kali yak kalo diganti dengan kata “air”.

Hmm, nampaknya menantang pula untuk menyelidiki masalah air disini.

Catatan KKN Eps 3; Air ?? Mana Air ??

        Satu hal yang ane bingung dari daerah Selo adalah airnya. Kenapa ? karena disini kan daerah pegunungan, tapi air malah susah. Namun hal ini bukan halangan dan alasan, malah dapat menjadi tantangan bagi KKN ane.

        Hari minggu, 13 Juli 2014. Tak ada bedanya dengan hari2 lain disini. Yah, karena kami memang belum ada kegiatan sih. Jadi pagi ini kegiatan baru terlintas di benak kami. Yakni mencari air. Diawali dengan percakapan bersama mas tarno yang menuturkan bahwa dibawah BLM terdapat mata air. kami penasaran dan akhirnya memutuskan untuk melihat dan mengambil sejumlah air dari mata air tsb guna memenuhi kebutuhan kami.

turun ke jurang, coba2 bawa galon. eh naiknya ga kuat. haha
  
ini turun.. turun.. terus turun lagi. 500 meter 
        Saat kami tanya mas Tarno, beliau mengatakan jarak antara BLM dan mata air hanya 500m. santai. Woless lah kalo gitu, hahaha. Tapi kenyataan berkata lain. 500m sih emang, tapi medannya parah. Turun ke jurang. Curam. Nglibas rerumputan tinggi. Dan itu baru turun, naiknya makin susah pula. Selangkah demi selangkah, sembari bawa galon yang isinya air resapan tanah yang sempat kami ambil di bawah. Berat dan bikin keringetan coy. Sesampainya diatas, kami beristirahat sejenak. Berusaha menangkap udara lagi sebanyak mungkin, untuk dimasukkan ke paru-paru kami yang barusan bekerja keras. “Huufff… tapi Mantap !”
sumber airnya bro

Friday, September 5, 2014

Catatan KKN Eps.2; Adaptasi

11 juli di pagi hari. Semuanya sibuk. Banyak orang berbaju “KKN” yang mondar mandir di deket kontrakan. Di dalem kontrakan pun sama halnya, Bayek, Adi, Lingga, semua sama sibuknya. Karena hari ini adalah hari penerjunan kami, para makhluk semester 6 keatas. Ane ga mau kalah juga lah, semua udah ane check list biar ga ada yang ketinggalan. Sarung, pakaian, obat-obatan, buku, laptop, bahkan hingga matras ane bawa. Memang diantara barang sehari-hari tersebut, ane nyelipin beberapa barang peralatan untuk pendakian. Tujuannya apa ? ya buat naik gunung besok pas KKN laah. Kan mumpung deket, hahaha. Tapi itu baru rencana sih… realisasinya ? entahlah ~

Jam telah menunjukkan pukul 8.30, saatnya kami berangkat. Berbondong-bondong kami menaiki bis sewaan yang udah dicariin Adib cs. Beraneka ragam barang ada disini. Mulai dari TV, kasur lipet, hingga koper luar biasa besar-nya mbak Disti yang ane kira kulkas.

sekelumit dari Dusun Samiran

Sesampainya di Selo, kami turun di Kecamatan. Rencananya sih kami akan “disambut” oleh pihak kecamatan disini. Dan benar saja, unit kami, JTG-53 yang bertugas di Samiran, bersama unit JTG-sekian (maaf, ane lupa) yang bertugas di Lencoh digiring ke aula untuk acara penyambutan. Tak lama kemudian, kami pun duduk rapi sembari mendengarkan sambutan dari Pak Camat. Beliau kemudian bercerita panjang lebar mengenai garis besar keadaan wilayah Selo. Bahwa tempat KKN ane selama 2 bulan kedepan ini terletak di ketinggian 1500an meter DPL. Dimana mata pencaharian utama penduduknya terdapat di sektor pertanian. Beliau juga menceritakan salah satu permasalahannya disana, yaitu menghadapi salah satu fenomena alam yang unik. Yakni “Nikah Dini”. Wowow.. Rupanya di salah satu dusun, fenomena ini marak adanya. Banyak para cewek yang udah lulus SMP, langsung pada lanjut nikah. Pak Camat pun melanjutkan,”Jadi kalo mbak-mbak ini ketemu sama kelompok masyarakat yang seperti itu, bisa jadi mbak-mbak semua ini udah dianggap perawan tua ! Belum laku”. Hahahaha. Sontak kami semua pun tertawa.

        Sepulang dari kecamatan, kami langsung lanjut ke pondokan yang akan menjadi “rumah” kami selama 2 bulan kedepan. “BLM” sebutannya, singkatan dari “Balai Latihan Masyarakat”. Disini kami mulai bersih-bersih, observasi lingkungan, serta adaptasi terhadap suhu dingin pegunungan Selo. Bayangin aja, suhu disini berkisar sekitar 15o an celcius. Airnya kayak air es broo. Warga sini pun kebanyakan memakai jaket kemanapun mereka pergi. Seolah jaket menjadi pengganti baju sebagai pakaian terluar dari tubuh. Hehe, dingin sih soalnya.

         Tak terasa, petang pun datang. Kami berbuka puasa bersama untuk pertama kalinya disini. Ah, mungkin lebih tepatnya, “berbuka puasa bersama KELUARGA BARU…”. Karena nantinya selama ±2 bulan, kami semua -3 sub unit- akan tinggal bersama dalam 1 pondokan sebagai keluarga. Yap, sebuah keluarga besar yang menjadi bagian dari Desa Samiran.
pas masang spanduk. Ada DPL kami, pak Nanung, juga lho


"rumah" kami di Samiran. indahnya luar biasa

Wednesday, September 3, 2014

Catatan KKN Eps.1; Prolog

“WHOAAA… akhirnya KKN juga !”, pekik ane dalam hati. Senang rasanya mengetahui bahwa liburan telah datang. Sejenak lari dari segala macam perkuliahan, kepenatan, dan tanggung jawab. Selama liburan ini, ane penasaran pula ama yang namanya Kuliah Kerja Nyata (KKN). Sebuah mata kuliah khusus, 3 SKS tapi mbayarnya 1 juta. Hahaha. Bikin penasaran kan ?

Apa sih KKN ?
        KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat) merupakan sebuah program kuliah yang berangkat dari tanggung jawab dalam hal pengabdian masyarakat oleh UGM. KKN biasanya dilakukan pada semester 6 keatas, dimana mahasiswa telah memenuhi syarat jumlah SKS yang ditentukan. Namun ada juga fakultas yang mengatur jadwal KKN mahasiswanya lebih lama daripada lainnya. Kemungkinan karena mahasiswa fakultas tersebut diwajibkan untuk ikut Kerja Praktik (KP) atau Koas terlebih dahulu.

    Tujuan KKN sebenarnya dapat dikatakan dalam satu kata, “Mengabdi”. Mengabdi untuk masyarakat. Nah hal ini (idealnya) dilakukan dengan metode penggabungan ilmu mahasiswa 1 tim KKN (interdisipliner). Maksudnya, dalam memandang suatu permasalahan yang ada di masyarakat, kita tak cukup hanya mengandalkan satu pandangan ilmu saja. Misal; tema di KKN ane, JTG 53, adalah “Peningkatan blablabla dengan blablabla Sapi Perah” (mbuh lali komplet e, hahaha). Penekanan tema disini terdapat pada kata “peningkatan” dan “sapi perah”. Nah berarti kan kita musti meningkatkan kekuatan masyarakat, spesifiknya dengan sapi perah. Tentu dalam KKN ini, keilmuan yang paling berperan ialah Kedokteran Hewan dan Peternakan.

Merapi, pemandangan sehari-hari
       
         Namun, esensi KKN tak akan terlihat bila 1 tim isinya mahasiswa KH ama Peternakan semua. Selain mereka, juga terdapat keilmuan lain seperti Ilmu Sosial, Hukum, Biologi, Pangan, Teknik, dsb. Peran ilmu-ilmu ini yakni untuk memandang permasalahan sapi perah dari sisi lain. Dari sisi sosial misalnya muncul pertanyaan “Apa dampak dari kepemilikan sapi perah bagi pendapatan peternak ? dst.      

Eniwei, selama liburan Juli-Agustus ini ane bakal KKN di kawasan Selo, Boyolali. Salah satu daerah kesukaan ane. Kenapa ? karena deket gunung lah, pemandangannya indah. Hahaha. Sederhana yah.


Kali ini ane juga bakal KKN bareng orang-orang dari berbagai tipe dan spesies yang beraneka ragam. Hahaha. Asik kayaknya :D

belum full team sih. soalnya ane belum punya fotonya. Haha

*Bersambung..