Beberapa waktu yang lalu, publik dikejutkan oleh sebuah video rilis terbaru dari kelompok teroris yang sedang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini; ISIS. Video singkat yang berdurasi sekitar satu menit ini memperlihatkan adegan tiga orang anggota ISIS yang sedang menyandera seorang tentara Peshmerga Irak Kurdistan. Disini seorang militan ISIS kemudian menyampaikan sebuah pesan yang ditujukan kepada Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, Negara Prancis dan Belgia, serta kepada Presiden Irak Kurdistan, Massoud Barzani. Pesan tersebut berisi bahwa ISIS nantinya akan menyerang AS, memenggal Obama, dan kemudian menjadikan negara tersebut sebagai salah satu propinsi Daulah Islam. Ancaman serupa juga diberikan kepada Prancis, Belgia, dan Irak Kurdistan.
Obama pun merespon ancaman ini dalam
pidatonya. Ia mengatakan bahwa AS tak akan ragu-ragu untuk menghancurkan ISIS.
Karena prinsip kepresidenan Obama sendiri yang berbunyi, “if you threaten
America, you will find no safe haven”, atau “bila anda mengancam Amerika,
maka anda tak akan temukan satupun tempat berlindung yang aman”. Dalam
ketegangan ini, kedua pihak, baik ISIS maupun AS sama-sama merasa mempunyai
kekuatan dan rasa ingin menghancurkan satu sama lain. Namun sebenarnya,
kerugian terbesar bukan terletak di salah satu dari kedua pihak tersebut.
Kerugian sebenarnya justru nantinya akan dirasakan oleh banyak kaum muslim
minoritas di negara-negara Barat. Karena dibalik “tantangan” nya tersebut,
sebenarnya ISIS telah mencap diri mereka sendiri sebagai pecinta kekerasan. Dan
stigma inilah yang menjadi akar permasalahan Islamofobia di Negara Barat. Makin
ISIS bertindak brutal, maka makin kuatlah stigma Islamofobia. Dan hal ini
nantinya akan berujung pada dikucilkannya masyarakat muslim minoritas. Kendati
mereka sebenarnya hanya merupakan muslim biasa, bukan muslim radikal.
Tantangan ISIS
Dalam video tersebut, ISIS tak hanya
menantang Obama selaku pemimpin negara AS, namun juga Prancis dan Belgia. AS
ditantang oleh ISIS karena ia dianggap musuh terbesar kelompok teroris ini.
Pasalnya, AS merupakan ketua dari kubu koalisi negara-negara yang menentang
ISIS. Sedangkan Prancis dan Belgia juga ditantang, dikarenakan keduanya
merupakan negara anggota dalam koalisi melawan kelompok teroris tersebut.
Selain itu, kelompok teroris yang
disebut sebagai “kelompok teroris terkaya” ini juga mengancam Presiden Irak
Kurdistan, Massoud Barzani. Barzani diancam karena ia dianggap sebagai
“pesuruh” negara Barat. Di akhir video, tampak seorang militan ISIS kemudian
memenggal seorang tentara Peshmerga. Sebagai pesan bagi Barzani agar berhenti
menyerang ISIS.
Obama pun merespon hal ini dengan
menyampaikan pidato. Ia mengatakan bahwa AS sangat yakin akan mampu
menghancurkan ISIS di Suriah. Pernyataan ini tidak berlebihan, mengingat
kapasitas AS yang masih menduduki negara nomor satu dalam hal kekuatan militer.
Negara ini juga merupakan anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB, serta NATO.
Bahkan sebaliknya, yang seharusnya gentar adalah ISIS sendiri. Karena dalam
video tersebut, mereka menantang AS dan Prancis yang merupakan anggota tetap DK
PBB dan NATO, serta Belgia yang merupakan anggota NATO.
Berimbas ke
Umat Muslim
Kedua pihak tersebut, baik AS maupun ISIS, yakin akan menang. Hal ini menunjukkan bahwa belum ada iktikad untuk menjalankan solusi damai antara kedua belah pihak. Dengan kata lain, dua pihak ini telah bersiap untuk menghancurkan satu sama lain, menambah korban jatuh, dan memperpanjang perang. Namun keduanya memang telah siap akan hal itu.
Disisi lain, terdapat pihak lain
yang belum siap akan konflik ini. Namun tetap terkena imbasnya. Pihak ini
adalah masyarakat muslim yang berdomisili di negara-negara barat seperti AS dan
Eropa. Sebelumnya, masyarakat muslim yang merupakan minoritas di Eropa
diprediksi akan berjaya karena dapat berkembang pesat ke depannya. Dilansir
dari The Telegraph, jumlah muslim di Eropa telah berkembang dua kali
lipat dalam 30 tahun terakhir, dan akan naik dua kali lipat lagi pada 2015.
Kemajuan ini mustinya disambut antusias oleh masyarakat muslim Eropa. Namun,
pasca terbentuknya kelompok anti-muslim Jerman; PEGIDA, penembakan Charlie
Hebdo, dan rilis terbaru video ISIS. Nampaknya perkembangan muslim akan
terhambat sekali lagi. Dan masyarakat muslim berpotensi kembali menjadi
masyarakat minoritas yang terdiskriminasi akibat stigma radikalisme yang
“seolah” menetap pada nama Islam itu sendiri.
*satu lagi tulisan yang ga dimuat di koran. Rapopooo. Post kene wae lah. Hahaha. Siapa tau ada yang baca dan tertarik buat masuk ISIS *eh menentang ding
No comments:
Post a Comment