Tentang Ane

Wednesday, April 30, 2014

Pogung dan Perspektif Gerak Silat MP

Hari rabu, ah saatnya latihan di Pogung.

            Semenjak ane naik ke tingkat kombinasi 1 di MP, ane telah berstatus pindah ke kolat baru. Kolat Pogung namanya. Kolat ini lain dari yang lain. Unik tiada duanya *halah. Pasalnya, kolat ini bukan merupakan kolat umum maupun kolat yang juga berstatus sebagai UKM/Ekstrakurikuler di kampus dan sekolah. Kolat Pogung merupakan tempat latihan bagi anggota MP Sleman yang telah menyandang tingkatan kombinasi keatas. Jadi butuh minimal 4-5 tahun bagi anggota MP kalo pengen latihan disini. Hehehe.

Mas Purwono
Tempat latihan kami ini tidak lain adalah rumah dari seorang pendekar senior MP, Mas Purwono. Beliau merupakan salah satu anggota Dewan Guru di MP. Selama berlatih disini sejak November 2013 lalu, ane bersyukur karena telah mendapatkan banyak hal disini. Mulai dari materi baru, kenalan dengan penghuni lama kolat Pogung, wawasan ke-MP-an yang diberikan Mas Pur, sampai pengetahuan keorganisasian; karena setelah latihan kadang langsung disambung rapat. Haha.

Salah satu pencerahan tentang MP yang ane dapatkan, adalah pengetahuan tentang gerak di MP. Mungkin masih banyak anggota perguruan ini yang kadang bingung jika ditanya, “Apa sih ciri khas MP dari segi gerak ?” ane sendiri juga masih bingung bila ditanya hal ini. Apalagi setelah minggu lalu sempet sharing teknik dengan seorang Guru dari salah satu perguruan di Jawa Barat.

A: “Kalo MP, gerakan yang jadi ciri khasnya apa ?”
B:  (dalam hati) “Opo yo, bingung aku yoan.”

Ane pun kemudian (ragu2) menjawab “langkah”. Langkah MP, meski taktis dan efisien, karena selalu memposisikan tubuh menghimpit lawan, nampaknya juga ada dan umum di perguruan lain. Apalagi dari tipe serangan, tangkisan, dan bantingan. Ada semua nampaknya di perguruan lain. Hanya teknik grappling yang ga ada di MP.

            Merasa bingung, ane pun bertanya ke Mas Pur. Beliau pun kemudian menjawab dan menjelaskan bahwa sebenarnya yang paling (mendekati) ciri khas MP dari segi gerak adalah “Langkah”. Gerak langkah di MP didesain untuk sedemikian rupa memutari badan musuh; dari depan, samping, belakang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa MP menggunakan jarak dekat dan permainan atas badan (bukan grappling) sebagai keunggulannya.
mari belajar teknik
            Mas Pur juga menambahkan, dengan serangan yang umum (banyak ada di perguruan lain juga), semisal serangan siku, sodok, gampar, dll. Dikombinasikan dengan langkah yang mengambil jarak sedekat mungkin ke lawan. Plus keunggulan utama MP; Power. Itulah yang sebenarnya menjadi ciri khas Merpati Putih. Efisien, taktis, dan mematikan. Teorinya, seorang anggota MP yang telah menguasai gerak langkah, gerak serangan dll, serta mempunyai power yang memadai, hanya tinggal dilatih “naluri” untuk menjadi petarung handal.

            Dari sini ane sadar bahwa prioritas utama seorang pesilat MP (terlepas dari mental & spiritual) adalah Teknik/Kombinasi gerakan. Kedua, Power. Dan ketiga, Naluri. Ketiga aspek ini saling berkaitan, dan tentunya tidak bisa hanya melatih 1 aspek, tapi melupakan aspek yang lain.

            Kalo getaran, itu mah penunjang euy. Kuasain dulu 3 aspek diatas :3


#AYOBERLATIH

Sunday, April 20, 2014

LK 2 JMF

Selama beberapa hari terakhir, sempat terpikir di benak ane tentang bayang-bayang UTS yang cukup jadi deg-degan karena ane emang belum banyak belajar sampe sekarang. Ada lagi pikiran tentang tanggung jawab kepanitiaan dimana ane ditunjuk jadi koordinator divisi yang ane sama sekali ga pernah sentuh, yakni Hubungan Masyarakat alias Humas. Acara nasional bro, dan udah deket pula, bikin jantung jadi cetar-ceter. Plus, I’m doing this as a first-timer ! Hahaha. But no worries, I believe that’s gonna work out, with teamwork as the key.

Namun beberapa hari lalu, rasa cerah muncul sepintas di tengah kepenatan. Ane di-sms temen bahwa Jamaah Muslim Fisipol (JMF) akan mengadakan Latihan Kepemimpinan (LK) pada hari kamis lalu. “Dateng ah, udah lama ga kumpul. Sekalian refreshing pula”. Yah, meski ane juga kadang rancu sendiri, tentang apakah ane anak JMF atau bukan. Pasalnya, selain agama ane yang pas-pasan, ane juga kurang aktif di organisasi LDF ini. Ane lebih sering ikut acara jalan-jalannya daripada pengajiannya. Hehe. Maaf ya kawan-kawan.

 Singkat cerita, ane akhirnya berangkat pada H+1 acara. Menyusul langsung ke TKP, dikarenakan pada hari H masih ada beberapa hal yang musti diselesaikan. Yup, asek. Ane berangkat bareng Agung, boncengan menyusuri jalan yang bikin galau. Kenapa galau ? Simpel, karena kami gatau TKP, dan dikasi ancer-ancer (petunjuk jalan) untuk mencari Indomaret di tengah belantara Klaten. Kami berdua mikir, “masak ada antek kapitalis di tengah sawah kayak gini yo ?”. Ironisnya, si Indomaret pun ketemu. Hahaha. Alhamdulillaah ga kesasar.

Acara yang digelar 3 hari 2 malam di Klaten ini cukup bermakna dengan berbagai materi yang diberikan. Sedikitnya orang (15 peserta) juga menambah keintiman suasana persaudaraan. *sok tau padahal aku dudu peserta. Tapi wes ben lah. haha. LK sendiri mencapai klimaks di hari ketiga, Sabtu (19/04). Acara hari ini diisi dengan outbound yang berisi bermacam games yang melatih semangat juang serta teamwork mereka. Tawa canda jadi bumbu penyegar siang itu.
teler nunggu peserta dateng ke pos. turu wae lah. kere horee
Bagi ane sendiri, JMF merupakan sebuah hal yang spesial. Ane berani berkata demikian, meskipun termasuk anggota yang kurang aktif. Semua ini karena hal positif yang ane dapatkan selama mengenal ORANG-ORANG di JMF. Pasalnya, anggota organisasi ini spesial. Mereka terdiri dari berbagai macam spesies; berbagai macam karakter; berbagai macam latar belakang. Ada orang alim, berandalan, da’i on fire dalam berdakwah, spesies mahasiswa kere hore, anak ajaib, aktivis politik Islam, dkk. Mereka semua berbeda, namun dengan keberagaman tersebut, ada satu hal yang nampaknya dapat menyatukan mereka semua. Yakni, sebutan “Muslim”, orang Islam. Dengan basis sebutan tersebut, anggota JMF nampaknya dapat saling bertoleransi satu sama lain. Tidak fokus pada perbedaan, namun condong pada persamaan. Misalnya, si A berandalan norak dan geje. Sedangkan si B adalah sosok alim yang lurus hidupnya. Namun kedua sosok ini sama-sama ingin belajar agama. Di JMF, kedua orang ini dapat akur, karena mereka tak fokus pada perbedaan, namun fokus pada persamaan; yakni premis “sama-sama ingin belajar agama”.

foto bareng; peserta-panitia-penggembira. haha
           Dan hal inilah yang tepatnya membuat saya bersyukur telah mengenal orang-orang tersebut. Mereka memberi ruang dan waktu yang tepat bagi tiap orang yang ingin belajar agama. Ane yang notabene masih ga ngerti soal agama, diberi kesempatan untuk belajar via diskusi-diskusi ringan mengenai dasar-dasar agama. Berbeda lagi dengan orang yang telah belajar agama 50%, 60% dst. Fleksibilitas dakwah; dengan banyak cara, inilah yang agaknya membuat anggota JMF mudah diterima di komunitas masing-masing. Tak ada yang kaku, semua mengalir, asal sampai tujuan. Hehehe.

Friday, April 11, 2014

Keutamaan Rihlah

        Pagi ini ane dateng ke pengajian KRPH (Kajian Rutin Pagi Hari) Mardliyah. Nah tema kali ini tuh adalah tafsir Q.S Al-Quraisy. Dijelaskan bahwa kaum kafir yang satu ini, meski mereka menjadi musuh utama Rasulullaah SAW, namun mereka memiliki kelebihan lain. Suku Quraisy, yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim AS. Dalam sistem masyarakat bangsa Arab dahulu, ternyata dikenal sebagai suku yang relatif maju ketimbang suku-suku yang lain. Nah, salah satu faktor penyebabnya adalah kegemaran mereka untuk rihlah (melakukan perjalanan). Di masa sekarang mungkin kita lebih seneng nyebutnya traveling kali ya. Hehe.

            Berkat rihlah yang kerapkali mereka lakukan. Suku Quraisy menjadi lebih mengenal negeri mereka sendiri, menemui banyak suku dan kafilah, menemui beragam budaya, serta mendapat banyak pengalaman. Bahkan, setelah Islam datang pun, Rasulullaah tetap menganjurkan umatnya untuk rihlah. Melihat dunia.

“… para malaikat berkata; Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu ?”  (Q.S. An-Nisa : 97)

Keutamaan rihlah pun dapat kita temui pada ajaran Islam, yang mana para musafir bahkan diberi keringanan dalam menjalankan ibadah. Sesuai nasehat dari Imam Syafi’i pula

Orang pandai dan beradab tak kan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Pergilah 'kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan teman
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih jika tidak dia 'kan keruh menggenang
Singa tak kan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak kan kena sasaran
Jika saja matahari di orbitnya tak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Rembulan jika terus-menerus purnama sepanjang zaman
Orang-orang tak kan menunggu saat munculnya datang

Biji emas bagai tanah biasa sebelum digali dari tambang
Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan
Kayu gahru tak ubahnya kayu biasa di dalam hutan
Jika dibawa ke kota berubah mahal jadi incaran hartawan

Jadi, MARI BEPERGIAN !