Selama beberapa hari terakhir, sempat
terpikir di benak ane tentang bayang-bayang UTS yang cukup jadi deg-degan karena
ane emang belum banyak belajar sampe sekarang. Ada lagi pikiran tentang
tanggung jawab kepanitiaan dimana ane ditunjuk jadi koordinator divisi yang ane
sama sekali ga pernah sentuh, yakni Hubungan Masyarakat alias Humas. Acara
nasional bro, dan udah deket pula, bikin jantung jadi cetar-ceter. Plus, I’m
doing this as a first-timer ! Hahaha. But no worries, I believe that’s gonna
work out, with teamwork as the key.
Namun beberapa hari lalu, rasa cerah
muncul sepintas di tengah kepenatan. Ane di-sms temen bahwa Jamaah Muslim
Fisipol (JMF) akan mengadakan Latihan Kepemimpinan (LK) pada hari kamis lalu. “Dateng
ah, udah lama ga kumpul. Sekalian refreshing pula”. Yah, meski ane juga kadang
rancu sendiri, tentang apakah ane anak JMF atau bukan. Pasalnya, selain agama ane yang pas-pasan, ane juga kurang aktif di organisasi LDF ini. Ane lebih sering ikut acara jalan-jalannya
daripada pengajiannya. Hehe. Maaf ya kawan-kawan.
Singkat
cerita, ane akhirnya berangkat pada H+1 acara. Menyusul langsung ke TKP,
dikarenakan pada hari H masih ada beberapa hal yang musti diselesaikan. Yup,
asek. Ane berangkat bareng Agung, boncengan menyusuri jalan yang bikin galau. Kenapa
galau ? Simpel, karena kami gatau TKP, dan dikasi ancer-ancer (petunjuk
jalan) untuk mencari Indomaret di tengah belantara Klaten. Kami berdua mikir, “masak
ada antek kapitalis di tengah sawah kayak gini yo ?”. Ironisnya, si Indomaret
pun ketemu. Hahaha. Alhamdulillaah ga kesasar.
Acara yang digelar 3 hari 2 malam di
Klaten ini cukup bermakna dengan berbagai materi yang diberikan. Sedikitnya orang
(15 peserta) juga menambah keintiman suasana persaudaraan. *sok tau padahal aku
dudu peserta. Tapi wes ben lah. haha. LK sendiri mencapai klimaks di hari
ketiga, Sabtu (19/04). Acara hari ini diisi dengan outbound yang berisi
bermacam games yang melatih semangat juang serta teamwork mereka.
Tawa canda jadi bumbu penyegar siang itu.
Bagi ane sendiri, JMF merupakan sebuah
hal yang spesial. Ane berani berkata demikian, meskipun termasuk anggota yang
kurang aktif. Semua ini karena hal positif yang ane dapatkan selama mengenal
ORANG-ORANG di JMF. Pasalnya, anggota organisasi ini spesial. Mereka terdiri
dari berbagai macam spesies; berbagai macam karakter; berbagai macam latar
belakang. Ada orang alim, berandalan, da’i on fire dalam berdakwah,
spesies mahasiswa kere hore, anak ajaib, aktivis politik Islam, dkk. Mereka semua
berbeda, namun dengan keberagaman tersebut, ada satu hal yang nampaknya dapat
menyatukan mereka semua. Yakni, sebutan “Muslim”, orang Islam. Dengan basis
sebutan tersebut, anggota JMF nampaknya dapat saling bertoleransi satu sama
lain. Tidak fokus pada perbedaan, namun condong pada persamaan. Misalnya, si A berandalan norak dan geje. Sedangkan si B adalah sosok alim yang lurus
hidupnya. Namun kedua sosok ini sama-sama ingin belajar agama. Di JMF, kedua
orang ini dapat akur, karena mereka tak fokus pada perbedaan, namun fokus pada
persamaan; yakni premis “sama-sama ingin belajar agama”.
teler nunggu peserta dateng ke pos. turu wae lah. kere horee |
foto bareng; peserta-panitia-penggembira. haha |
No comments:
Post a Comment