Tentang Ane

Tuesday, July 8, 2014

9 Juli 2014



Potensi pemilih dalam pilpres sekarang jauh lebih besar ketimbang tahun 2009 lalu. Menurut riset yang dilakukan oleh Poltracking Institute, potensi pemilih sekarang mencapai 94.1%. sedang pada 2009 hanya sekitar 72%. 

hingar bingar Piala Dunia ketutupan ama PilPres coy

Nampaknya semua ini tidak lepas dari peranan 3 hal:

1.  Faktor capres yang maju kedalam kompetisi pemilihan presiden tahun ini.
Dalam pemilu 2014 ini tercatat ada dua sosok hebat yang mengajukan dan diajukan sebagai calon presiden RI. 

Pertama adalah Prabowo, mantan Danjen Kopassus. Beliau adalah sosok prajurit yang terkesan tegas dan lugas dalam bertindak maupun menyampaikan suatu pendapat/pandangan. Fokus beliau terdapat pada cita-cita pembangunan Indonesia yang kuat dan mandiri. 

Sosok kedua adalah Jokowi, mantan walikota Surakarta dan Gubernur DKI Jakarta. Jokowi merupakan sosok yang memberikan kesan sederhana, jujur, dan merakyat. Fokus beliau terdapat pada pembangunan ekonomi kerakyatan untuk kesejahteraan yang merata di Indonesia.

Dalam beberapa artikel disebutkan bahwa alasan keduanya popular, tidak lain karena Prabowo dan Jokowi merupakan antitesis dari sosok SBY. Prabowo tegas dan lugas; beda dengan SBY yang terkesan banyak berfikir, kurang tegas, dan bertindak dengan amat hati2. (misal: dahulu Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina. Namun saat Bush datang, disambut dengan meriah, RI bersahabat lagi dengan AS. Saat komunikasi SBY dibajak oleh Australia pula, beliau masih terkesan “woles”).

Jokowi sederhana dan merakyat; beda dengan SBY yang terkesan misterius, tak terjangkau, serta ber ”mental” pejabat –bermewah-mewahan (misal: menyambut Bush dengan gegap gempita, menggunakan mobil dan pengawalan untuk ke cikeas-istana negara, sehingga menyebabkan kemacetan). 

2.  Faktor media social.
Dalam pilpres kali ini, peran media social tak dapat diremehkan. Pasalnya, banyak kampanye dari kedua pasangan yang berbasis media social. Entah itu, kampanye positif, negative, bahkan black campaign. Para timses kedua calon dalam hal ini nampaknya mengerti betul tentang bagaimana cara memasukkan ilmu marketing yang mereka miliki untuk masuk dan mempromosikan capres masing-masing kedalam dunia medsos yang kini sedang nge-trend.
Dengan demikian, ratusan, mungkin ribuan swing voters maupun mereka yang (tadinya berniat) golput masih berkemungkinan besar untuk dapat dipengaruhi.

Namun khusus untuk black campaign, ane masih bingung ini sebenarnya tindakan siapa.
Apakah tindakan salah satu timses untuk menjelekkan salah satu capres ? kalo iya, ga professional banget dong. Pragmatis banget kesannya.

Apakah tindakan salah satu pendukung capres yang fanatik ? bisa jadi. Pasalnya, 2 tokoh yang kini sedang berkompetisi memang jauh berbeda satu sama lain bila dibandingkan. Mereka tidak berasal dari bidang yang sama. Hal ini makin membuka peluang bagi seorang fanatik untuk menjelekkan satu factor kekurangan dari pihak capres lawan. Karena bagi mereka, capres idolanya adalah sosok yang (hampir) selalu benar. Dan kalo capres mereka diejek ? toh tinggal ejek balik dengan menggunakan kekurangan dari capres lawan yang tidak dimiliki capres si fanatik.

Perumpamaannya ? Hal ini seperti membandingkan apel dengan jeruk. Sama-sama enak dan bergizi, namun isi, bentuk, rasa, dan sifatnya berbeda. Percuma untuk dibandingkan. Lha wong dari awal aja dua entitas ini sudah sangat berbeda. Tinggal kita pilih yang mana ? tentu dengan segala konsekuensinya.
Satu lagi, bisa jadi black campaign dilakukan oleh pihak ketiga yang ingin memecah belah bangsa. Jeeeeng jeeengg. Konspirasi coy. Mbuh lah nek iki. Haha.

3.  Faktor debat capres yang telah rutin dilakukan
Dalam pemilu kali ini, seperti yang telah dilakukan dalam pemilu 2009. Diadakan debat capres, namun dengan skala yang lebih intens/rutin. Topic yang dibicarakan dalam debat ini beragam, mulai dari ekonomi, politik luar negeri, ketahanan nasional, sumberdaya, dll. Debat capres ini berlangsung selama kurang lebih 90 menit dan disiarkan di TV nasional. Hal ini merupakan progress yang amat keren dari KPU. Mereka membuat kita, selaku warga negara biasa yang mungkin kurang tahu banyak tentang capres kita, menjadi tahu lebih banyak. Sehingga hal tersebut dapat menjadi pertimbangan memilih masing-masing dari kita. Namun ada juga yang berpendapat bahwa debat yang diadakan KPU ini masih banyak kekurangan disana-sini. Salah satunya, substansi debat yang harusnya membicarakan visi dan misi kedepan masih kurang terlihat.

Akan tetapi debat semacam ini sebenarnya adalah pendidikan politik bagi masyarakat luas. Begitu pula dengan berbagai “promo” di media social. Ane percaya hal ini nantinya berdampak pada antusiasme masyarakat dalam menyambut politik ke depannya. Kita akan menjadi lebih kritis, lebih tahu siapa yang akan kita pilih, lebih tahu siapa yang akan kita percayakan untuk mengurus nasib kita selama lima tahun kedepan. Dan akhirnya tahu, bahwa politik merupakan pedang bermata dua. Meski disatu sisi ia mempunyai kekuatan untuk melukai siapapun. Namun disisi lain ia mempunyai kekuatan untuk membela hal yang benar, memberikan kebaikan dan bagi kita dan masyarakat luas.

Maka dari itu, mari menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Dimulai dengan memilih presiden besok pagi. Dilanjutkan dengan berkarya bagi kawan, lingkungan, hingga akhirnya bagi bangsa kita. 

-katakan “TIDAK” pada Golput !-
satu menang, satu pasti kalah. jangan tanya "sudah siapkah mereka menghadapi kekalahan". tapi tanya pada diri kita sendiri, "sudah siapkah kita menerima mereka yang menang ?" 


Sunday, July 6, 2014

Sepintas Buka Bersama

            Akhir2 ini banyak acara buka bersama (buber). Ya iyalah, kan puasa, hehehe. Mulai dari buber panitia PERTI, Perus Balairung, HI 2011, dan MP UGM. Buber sendiri menurut ane merupakan suatu tradisi yang baik. Karena pada umumnya, tujuan acara ini adalah untuk menjaga tali silaturrahim antar individu dalam suatu komunitas. Hal tersebut kemudian diwujudkan dalam acara bersama yang bertemakan kegembiraan (*baca: makan bareng2).

Dan entah kita menyadarinya maupun tidak, menurut ane terdapat dua faktor dasar yang menyebabkan atmosfir sebuah buber diisi oleh kegembiraan. Pertama, karena salah satu acaranya sendiri yang “wajib” diisi oleh ritual makan bersama untuk berbuka puasa. “Makan” adalah salah satu kegiatan wajib manusia, yang identik dengan kegembiraan. Kita gembira bukan saat kita makan ? Saat kita berhasil merasakan nikmatnya makanan yang kita kunyah, kemudian telan ? Saat kita tidak lagi merasa lapar ? Sedikit banyak kita pasti gembira (meski kadang tidak kita disadari). Apalagi saat ritual “makan” ini diadakan di bulan suci Ramadhan, di hari puasa. Selama seharian berkegiatan sembari menahan lapar dan dahaga. Kita men-simulasikan diri kita sendiri untuk menjalani keseharian mereka yang miskin dan hidup di jalan dalam menahan lapar. Pada sore harinya, kita diperbolehkan berbuka. Dan setelah “penderitaan” sehari yang kita hadapi, kita berbuka puasa, merasakan nikmat makan bersama teman-teman dalam acara buber. Bukankah ini yang dinamakan “kegembiraan” ?

masak dewe, pangan dewe, rame-rameee

Kedua, karena adanya teman-teman dan saudara disamping kita saat berbuka. Kita memang dapat berbuka sendirian, dan tetap dapat merasakan nikmat makan. Namun bila hal ini dilakukan secara beramai-ramai dalam acara semacam buber, hal tersebut akan berbeda. Kegembiraan dapat lebih terasa. Apalagi bila buber diadakan dalam rangka reuni SMA, SMP, SD, atau apapun dengan label “bertemu kawan lama”. Saat bertemu dan melihat wajah mereka saja mungkin masing-masing dari kita sudah gembira, apalagi saat berbuka dan ngobrol bersama. Membicarakan “kejayaan” masa lalu yang mungkin berisi kenangan mengesankan, hal luar biasa, tindakan bodoh, dll. Dijamin, buber dalam rangka reuni pasti ga bakal selese dalam durasi 2 jam. Bahkan bisa semalaman mungkin. Hahaha.

Karena banyak hal positif tersebut, buber nampaknya akan tetap menjadi acara favorit banyak kalangan dalam menjalani ibadah puasa. Hehe. Asal jangan lupa saja bayar iuran makan dan shalat tarawih.