Potensi pemilih dalam pilpres sekarang jauh lebih besar ketimbang
tahun 2009 lalu. Menurut riset yang dilakukan oleh Poltracking Institute,
potensi pemilih sekarang mencapai 94.1%. sedang pada 2009 hanya sekitar 72%.
hingar bingar Piala Dunia ketutupan ama PilPres coy |
Nampaknya semua ini tidak lepas dari peranan 3 hal:
1. Faktor capres yang maju kedalam kompetisi
pemilihan presiden tahun ini.
Dalam pemilu 2014 ini tercatat ada
dua sosok hebat yang mengajukan dan diajukan sebagai calon presiden RI. Pertama adalah Prabowo, mantan Danjen Kopassus. Beliau adalah sosok prajurit yang terkesan tegas dan lugas dalam bertindak maupun menyampaikan suatu pendapat/pandangan. Fokus beliau terdapat pada cita-cita pembangunan Indonesia yang kuat dan mandiri.
Sosok kedua adalah Jokowi, mantan walikota Surakarta dan Gubernur DKI Jakarta. Jokowi merupakan sosok yang memberikan kesan sederhana, jujur, dan merakyat. Fokus beliau terdapat pada pembangunan ekonomi kerakyatan untuk kesejahteraan yang merata di Indonesia.
2. Faktor media social.
Dalam pilpres kali ini, peran media social tak
dapat diremehkan. Pasalnya, banyak kampanye dari kedua pasangan yang berbasis
media social. Entah itu, kampanye positif, negative, bahkan black campaign. Para timses kedua calon
dalam hal ini nampaknya mengerti betul tentang bagaimana cara memasukkan ilmu
marketing yang mereka miliki untuk masuk dan mempromosikan capres masing-masing
kedalam dunia medsos yang kini sedang nge-trend.
Dengan demikian, ratusan, mungkin ribuan swing voters maupun mereka yang (tadinya
berniat) golput masih berkemungkinan besar untuk dapat dipengaruhi.
Namun khusus untuk black campaign, ane masih bingung ini sebenarnya tindakan siapa.
Apakah tindakan salah satu timses untuk
menjelekkan salah satu capres ? kalo iya, ga professional banget dong. Pragmatis
banget kesannya.
Apakah tindakan salah satu pendukung capres
yang fanatik ? bisa jadi. Pasalnya, 2 tokoh yang kini sedang berkompetisi
memang jauh berbeda satu sama lain bila dibandingkan. Mereka tidak berasal dari
bidang yang sama. Hal ini makin membuka peluang bagi seorang fanatik untuk
menjelekkan satu factor kekurangan dari pihak capres lawan. Karena bagi mereka,
capres idolanya adalah sosok yang (hampir) selalu benar. Dan kalo capres mereka
diejek ? toh tinggal ejek balik dengan menggunakan kekurangan dari capres lawan
yang tidak dimiliki capres si fanatik.
Perumpamaannya ? Hal ini seperti
membandingkan apel dengan jeruk. Sama-sama enak dan bergizi, namun isi, bentuk,
rasa, dan sifatnya berbeda. Percuma untuk dibandingkan. Lha wong dari awal aja dua entitas ini sudah sangat berbeda. Tinggal
kita pilih yang mana ? tentu dengan segala konsekuensinya.
Satu lagi, bisa jadi black campaign dilakukan oleh pihak ketiga yang ingin memecah belah
bangsa. Jeeeeng jeeengg. Konspirasi coy. Mbuh lah nek iki. Haha.
3. Faktor debat capres yang telah rutin dilakukan
Dalam pemilu kali ini, seperti yang telah
dilakukan dalam pemilu 2009. Diadakan debat capres, namun dengan skala yang
lebih intens/rutin. Topic yang dibicarakan dalam debat ini beragam, mulai dari
ekonomi, politik luar negeri, ketahanan nasional, sumberdaya, dll. Debat capres
ini berlangsung selama kurang lebih 90 menit dan disiarkan di TV nasional. Hal ini
merupakan progress yang amat keren dari KPU. Mereka membuat kita, selaku warga
negara biasa yang mungkin kurang tahu banyak tentang capres kita, menjadi tahu
lebih banyak. Sehingga hal tersebut dapat menjadi pertimbangan memilih
masing-masing dari kita. Namun ada juga yang berpendapat bahwa debat yang
diadakan KPU ini masih banyak kekurangan disana-sini. Salah satunya, substansi
debat yang harusnya membicarakan visi dan misi kedepan masih kurang terlihat.
Akan tetapi debat semacam ini sebenarnya
adalah pendidikan politik bagi masyarakat luas. Begitu pula dengan berbagai “promo”
di media social. Ane percaya hal ini nantinya berdampak pada antusiasme
masyarakat dalam menyambut politik ke depannya. Kita akan menjadi lebih kritis,
lebih tahu siapa yang akan kita pilih, lebih tahu siapa yang akan kita
percayakan untuk mengurus nasib kita selama lima tahun kedepan. Dan akhirnya
tahu, bahwa politik merupakan pedang bermata dua. Meski disatu sisi ia
mempunyai kekuatan untuk melukai siapapun. Namun disisi lain ia mempunyai
kekuatan untuk membela hal yang benar, memberikan kebaikan dan bagi kita dan masyarakat
luas.
Maka dari itu, mari menjadi warga negara
yang bertanggung jawab. Dimulai dengan memilih presiden besok pagi. Dilanjutkan
dengan berkarya bagi kawan, lingkungan, hingga akhirnya bagi bangsa kita.
-katakan “TIDAK” pada Golput !-
satu menang, satu pasti kalah. jangan tanya "sudah siapkah mereka menghadapi kekalahan". tapi tanya pada diri kita sendiri, "sudah siapkah kita menerima mereka yang menang ?" |
No comments:
Post a Comment