Tentang Ane

Friday, February 19, 2016

Menyoal LGBT (Part 2)



            Bagi ane sendiri, “isu” LGBT sebenarnya adalah masalah. Kenapa ? Bukan karena ane mengamini pendapatnya Pak Nasir, FPI, atau Manny Pacquiao. Pertama, ane menganggap isu LGBT sebuah masalah, karena LGBT sama sekali tidak normal. Manusia dan makhluk hidup lainnya diciptakan secara berpasang-pasangan. Dengan tujuan agar dapat melanjutkan keturunan. Ini logika paling mendasar. Kedua, mengenai orientasi seksual dari para LGBT. Hingga kini, belum diketahui secara pasti mengenai penyebab perilaku penyimpangan orientasi seksual tersebut. Namun jawaban terdekat mengarah kepada 2 sumber: genetik dan lingkungan. Sumber pertama penyebab LGBT diasumsikan berasal dari genetik, yang berpengaruh di hormon. Atau yang kerap disebut, “bawaan sejak lahir”. Memang dalam hal hormon, terdapat beberapa kasus bahwa di pria dan wanita, kadang terdapat hormon yang berlebihan; kelebihan estrogen pada pria dan testosteron pada wanita. Sehingga mereka dikatakan berpotensi untuk menjadi penyuka sesama jenis setelah dewasa. Namun jumlah kasus seperti ini terhitung sangat sedikit. Serta orang yang mengalami gangguan ini, tidak serta merta menjadi LGBT. Namun mengapa kaum LGBT berjumlah cukup banyak ? Yakni karena adanya faktor penyebab kedua, yaitu lingkungan. Lingkungan berperan penting dalam mengembangkan orientasi seksual pada LGBT. Misalnya pada contoh anak yang kurang kasih sayang ayah/ibu, trauma dan pelecehan seksual di masa kecil, kekecewaan pada lawan jenis, pencarian pelampiasan, dll. Semuanya dapat menjurus ke pertumbuhan sifat LGBT di masa dewasa. 

            Bila dilogika, permasalahan sosial yang terdapat pada faktor lingkungan, tentunya jauh lebih banyak dan lebih mudah mempengaruhi tumbuhnya sifat LGBT pada generasi muda, bila dibandingkan dengan faktor murni genetik. Sedangkan faktor “masalah sosial” di lingkungan, tentunya bukan faktor mutlak yang sudah tidak bisa dirubah. Ia masih bisa diatasi dengan banyak cara dan usaha. Seperti mengadakan pendekatan ke kaum LGBT dengan cara-cara yang humanis dan tidak diskriminatif. Dengan tujuan untuk mengubah persepsi mereka tentang seksualitas, ke arah yang lebih “normal” menurut norma dan agama. Dan sekali lagi, pendekatan untuk mengubah keadaan ini hanya bisa dilakukan bila kita telah menyingkirkan pikiran “diskriminatif” dari mindset kita. Sehingga kita tetap menerima para individu LGBT sebagai kawan yang harus dibantu, namun masih dengan tegas menolak perjuangan “isu” LGBT.

No comments:

Post a Comment