Tentang Ane

Friday, February 21, 2014

Review Million Dollar Baby (2004)

Malam ini ane nonton film berjudul Million Dollar Baby. Ini mungkin masuk dalam salah satu film paling miris yang pernah ane tonton. Film keluaran tahun 2004 ini bercerita mengenai kehidupan seorang petinju. Yap, petinju. Seorang petarung yang berkelut dengan keringat, pukulan, serta impian.

            Pada awal film, penonton disuguhi oleh sebuah “perkenalan” mengenai dunia tinju. yakni sebuah pertandingan yang dimenangkan oleh “Big” Willie, bersama manajernya, Frankie Dunn (Clint Eastwood). Saat pertandingan selesai, seorang wanita bergegas menemui Frank. Ia diminta untuk mengajari wanita yang bernama Maggie Fitzgerald tersebut tentang tinju. Tak sampai dua detik sampai Frankie menolak permintaan tersebut. “I don’t train girls”, ujarnya dingin.

            Disinilah cerita bermula. Maggie yang bersikeras ingin dilatih Frank mendatangi gym-nya, kemudian mendaftar. Berhari-hari ia berlatih, namun Frank tak memperhatikannya samasekali. Frank sibuk melatih Willie untuk ajang perebutan gelar.

            Namun pada suatu malam, Willie akhirnya meninggalkan Frank untuk bergabung dengan manajer lain. Frank menyadari kesalahannya selama ini yang selalu menghindari resiko dan membuang kesempatan emas. Tak lama, dilihatnya di gym seorang wanita yang terus berlatih selama sebulan tanpa samasekali diperhatikan oleh sang pelatih, Frank. Ia adalah Maggie.

            Latihan demi latihan dijalani Maggie yang kala itu membagi waktunya dengan bekerja sebagai pelayan rumah makan. Satu hal yang berbeda dari Maggie kala itu. Ia mempunyai daya juang yang luar biasa. Karena itulah, Frank terus dan terus melatih wanita 32 tahun ini, hingga ia dijuluki oleh Frank “Mo Cuishle”.
Maggie, Eddie, dan Frank

            Karir “Mo Cuishle” terus menanjak hingga akhirnya ia dapat tampil melawan seorang Juara Dunia. Dalam partai puncak ini, ia akan melawan petinju asal Jerman Timur, Billie “The Blue Bear”. Billie sang juara dunia yang terkenal akan permainan liciknya, terpontang panting dalam melawan Maggie yang notabene baru mempelajari tinju professional selama 1.5 tahun. Di akhir ronde kedua, Billie yang telah emosi melemparkan pukulan ke Maggie yang saat itu menuju titik netral untuk istirahat antar ronde. Maggie sama sekali tak siap. Ia tersungkur, jatuh dengan posisi leher menghantam kursi kayu tempat istirahat petinju.

            Sayup-sayup Maggie tersadar. Mendapati dirinya di rumah sakit, bersama Frank. Beberapa lama kemudian, ia mengetahui sebuah fakta yang mengerikan. Maggie tak sengaja mendengar percakapan dokter bahwa saraf tulang punggungnya rusak parah hingga tak bisa diperbaiki lagi. Dengan kata lain, ia akan menghabiskan seumur hidupnya berbaring di ranjang, hanya ditemani oleh selang oksigen.

            Selama beberapa saat, ia dapat menghibur dirinya sendiri. Frank telah berhasil mengembalikan senyuman di bibir Maggie rupanya. Namun hal tersebut tak bertahan lama. Kaki kiri Maggie yang tak bisa digerakkan mulai membusuk, hingga akhirnya diamputasi. Kali ini Maggie benar2 kehilangan semangat hidupnya. Maggie, seorang wanita 32 tahun dengan berbagai masalah pelik di keluarganya, yang dulu sangat bersemangat dalam tinju, mengatakan bahwa tinju adalah satu-satunya hiburan dalam hidupnya, kali ini meminta tolong kepada Frank dengan penuh keputusasaan. Ia meminta Frank untuk mengakhiri hidupnya.
kedua sosok ini saling mengisi kehidupan satu sama lain

            Alasannya sederhana, ia telah mencapai apa yang bahkan tidak bisa diimpikannya selama ini dalam hidupnya. Yakni “MENGALAHKAN” seorang Juara Dunia Tinju. Dan otomatis menjadikannya seorang juara di mata Frank, Maggie, Scarp, dan ane yakin banyak orang lainnya. Frank mengalami dilemma berat. Ia menangis di gereja. Mengadu kepada pastur. Sementara sang pastur mengatakan kepadanya mengenai dua poin; satu, bahwa ia telah melihat Frank datang ke tiap misa selama 23 tahun. Dan seseorang yang datang misa dengan frekuensi tersebut mempunyai tanda bahwa ia adalah orang yang tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Dan dua, jika ia melakukan apa yang diminta Maggie, ia akan tersesat selamanya.

            Nampaknya dari pertemuan tersebut, Frank mengambil satu dari dua nasehat pastur. Ia telah memaafkan dirinya sendiri dan mulai berhenti menyalahkan keadaan. Namun demikian, ia tetap tak bisa tinggal diam melihat Maggie yang terus menerus mencoba melakukan bunuh diri. Frank kemudian memantapkan keputusannya.

            Ia mendatangi Maggie yang sedang terlelap di malam hari. Dibangunkannya Maggie. Frank berkata kepadanya bahwa ia akan “menidurkan” wanita ceria tersebut. Maggie terdiam. Kemudian Frank, dengan menangis, berbisik pelan “Mo cuishle, means ‘my darling, my blood’”. Senyum pun kemudian muncul di bibir Maggie, dibarengi dengan sebuah tetesan air mata. Sebuah ekspresi terakhir yang timbul dari wajah Maggie Fitzgerald. Seorang “juara dunia” WBA kelas menengah.

            Frank pun kemudian meninggalkan ruangan. Tak lagi terlihat di Gym. Ia nampaknya telah berpindah ke suatu tempat lain. Mencari kedamaian.
Worth to Watch

Dari film ini, ane mendapat dua pesan:
1.  Dari Maggie; untuk meraih cita-cita, diperlukan pengorbanan dan pengambilan resiko. Makin tinggi, makin besar resikonya. Namun makin besar pula pencapaiannya. Dan selama seseorang berusaha menggapai impiannya, takkan ada yang dapat menghentikannya.
         2. Dari Frank; setiap orang pasti berbuat kesalahan. Namun tidak memaafkan diri sendiri adalah                        sebuah kesalahan yang amat besar. Masa lalu mungkin tetap terbayang, namun kita semua berhak                  untuk bahagia di masa depan.

Saturday, February 15, 2014

Hujan Salju. Salju Jowo !

Telat nulisnya gapapa lah ya. Haha
Tepatnya dua hari lalu, terjadilah fenomena alam yang menggemparkan. Dan ini curhatan pribadi ane.

13 February 2014. Kurang lebih pukul 22.45
Ane masih terbangun di kamar saat tiba-tiba dari luar terdengar gemuruh. Macam petir, namun terdengar dari jauh, dan amat jauh. Anehnya, gemuruh petir sewajarnya kan hanya terdengar sepersekian detik. Tapi suara yang mengganggu ini ternyata bertahan selama 5-10 menit.

Ane pun keluar. Melihat apa yang terjadi.
“ah, langit cerah”, gumam ane. Namun gemuruh tersebut masih terdengar jelas.
Sedetik kemudian, tiang besi disamping ane bergoyang terkejut. “Treeeenggg”.
“wah, jangan-jangan… ini gempa”, fikir ane.
Namun ternyata tak ada sesuatu yang terjadi. Dan ane pun kembali kedalam rumah.

Tak lama, hape pun berbunyi. Wah si iqbal ngasi tau di grup WhatsApp (WA) bahwa Gunung Kelud, sebuah gunung kerdil di dekat Kediri, telah meletus. Ane yang kaget kemudian langsung menyalakan TV. Nonton Met*oTV. Benar pula gunung ini meletus rupanya.
penampakan letusan kelud (dapet dari internet)

14 February 2014. Pukul 5.00
Ane bangun. Dan tak lama kemudian melangkah keluar pintu rumah. “WOW, hujan abu !!”. Teringat terakhir kali ane merasakan hujan abu adalah sewaktu SD, saat Merapi (kalo ga salah) menjalankan aktivitasnya. Sedangkan untuk hujan abu 2010, alhamdulillaah Solo tidak terkena dampaknya. Heran ? ya memang. Ane sendiri pun juga. Padahal kala itu, Sragen, Sukoharjo, Boyolali, dan Klaten tertutup abu.
depan rumah. pkl 7.30

Eniwei, ane pun membangunkan bapak dan ibu untuk memberitahu fenomena ini. Pagi harinya, ternyata muncul pengumuman bahwa sekolah dan perkantoran se-Solo diliburkan. Jadilah kami berdiam di rumah sambil sesekali melihat abu yang turun dari langit. Berharap abu tersebut segera digantikan oleh air.
gelanggang UGM keliatan kayak turun salju (dari temen)

berkendara di bunderan UGM mungkin rasanya kayak kena badai pasir yak (dari temen)
Dalam peristiwa ini, banyak yang kemudian mengkaitkannya dengan berbagai kemungkinan. Istilahnya adalah “uthak athik gathuk” atau “cocoklogi”. Biasalah kebiasaan orang jawa yang menguhubungkan berbagai macam kejadian dengan pertandanya. Misalnya:
  • Letusan terjadi pada pukul 22.49. coba kalian lihat Q.S 22 ayat 49.
  • Letusan ini pertanda kedatangan “satrio piningit”
  • Letusan ini atas kehendak Lembu Suro yang menjadi legenda di daerah Gunung Kelud
  • Dsb

Aneh juga menurut ane. Disatu sisi, ane memuji kepintaran orang jawa dalam menghubungkan banyak hal. Disisi lain, tak bisakah mereka menganggap ini sebagai sebuah kejadian vulkanik biasa. Toh kita hidup di wilayah Cincin Api. Semenjak akhir January pun telah ditulis di koran bahwa terdapat 19 gunung api Indonesia yang statusnya naik menjadi “waspada”.

Dan menurut ane, sebaiknya mulai sekarang pemerintah memberikan sosialisasi penanganan pertama pada bencana. Bisa melalui TV, koran, internet, dsb. Masalahnya, pemerintah telah mengetahui bahwa terdapat banyak gunung yang telah naik statusnya, dan mungkin saja 2,4, atau 6 bulan lagi bakal mengancam. Ditambah pula dua gunung telah meletus sekarang; Sinabung serta Kelud. Mau tunggu sampai kapan hingga kami, masyarakat yang rawan bencana, diberi penyuluhan ?

Sedangkan untuk kita sendiri, yang notabene mempunyai akses untuk belajar penanganan pertama. Harusnya kita mempelajari apa yang dibutuhkan dan musti dilakukan saat bencana melanda. Semoga saja nantinya bermanfaat untuk sesama.
*oh ya, semoga saja geliat pemilu legislatif dan pilpres besok berpengaruh positif pada para korban bencana alam. hehehe
 
EAAAAA !
#PrayForIndonesia



Thursday, February 13, 2014

Mbah Puji

“Huff, apaan nih jawabannya…”
“ 6 huruf. Huruf pertama ‘A’ dan huruf ketiga ‘S’. Frase lain dari istilah ‘tidak masuk akal’”
Siang ini memang ane sedang bersantai, sembari iseng ngisi Teka Teki Silang (TTS) di koran. Nah, tahukah kalian apa asiknya mengisi TTS ?

Yap. Selain mengasah otak, permainan kecil ini juga membuat bingung dan penasaran. “Seru” kalo menurut ane. Meskipun kalo udah putus asa, google dapat menjadi solusinya.
buku TTS dulu gambarnya mbak2 dengan model rambut '90an
sekarang tetep sama cuman modelnya korea. HAHA

 Namun kemudian, seseorang mengetuk pintu depan rumah ane.
“ah, ada tamu” (sembari menghampiri)
Seorang nenek pun berdiri di depan pintu. Beliau adalah tetangga baru ane yang paling baik hati.
“Le, iki enek sambel pecel karo sambel goreng. Iki lho”
“wah mboten sah repot2 mbah. Maturnuwun nggih.”
“Bapakmu enek le ? ibu piye kabare”

        Begitulah. Sosok nenek ini kerap kali memberi tetangganya makanan. Apapun itu. Beliau senang sekali bila bisa berbagi dan bercerita bersama para tetangganya. Beliau adalah Mbah Puji.
Meski kehidupannya tergolong sederhana. Mbah Puji tak sungkan dalam memberi. Kedermawanannnya membuat ane teringat pada orang-orang yang hidup di daerah pedesaan. Mereka gemar memberi satu sama lain. Bahkan pernah suatu ketika, ane bersama teman-teman dalam suatu acara kampus, sampai kebingungan menolak permintaan jamuan makan para warga. Ya, karena memang kami sudah kekenyangan sebelumnya setelah dijamu oleh salah satu warga desa.

Tradisi seperti ini nampaknya telah usang dan tidak relevan bila kita melihat kedalam kehidupan mayoritas masyarakat perkotaan.

        Disini, individualisme kukuh sebagai pemenang tender kepribadian diri mayoritas masyarakat. Pagar yang menjulang dan pintu yang tertutup rapat merupakan simbol dari sikap individualis tersebut.
Di zaman sekarang, seorang yang memberikan sesuatu kepada orang lain bahkan dapat dianggap sebagai gratifikasi. Atau paling tidak muncul pertanyaan dari yang diberi “Wah tumben dikasih, lagi pengen apa ni orang dari gue ?”. Ckck.  



        Memang tidak semua demikian halnya. Ane yakin masih banyak orang-orang seperti Mbah Puji yang dengan ikhlas memberikan hartanya kepada orang lain tanpa mengharapkan balas jasa. Sebut saja Anne Avantie sang desainer, Irwan Hidayat dari Sidomuncul Group, Mark Zuckerberg, Geoge Mitchell, Bill Gates… dan Mbah Puji tentunya. Hehe

        Motif mereka bisa jadi sangat sederhana. Mungkin saja karena rasa senang dalam membahagiakan orang lain, ingin membantu, ataupun ingin meringankan penderitaan orang lain. Apapun motif dan niatnya, bila dilakukan dengan ikhlas, pasti akan memberikan kepuasan tersendiri bagi si pemberi. 

Kalo kata seorang pengamen di Malioboro dulu, "ngasih 500 ga akan bikin sampeyan miskin kok, mas"
Jadi, mari memberi selagi kita mampu ! *Prioritas sebenarnya tertuju kepada yang lebih membutuhkan dahulu tentunya.

Wednesday, February 12, 2014

Kejurlat DIY-Jateng 2014

            Riuh suara penonton memenuhi gedung olahraga Fakultas Hukum Universitas Atmajaya (UAJY) Yogyakarta pagi itu. Pasalnya pada hari tersebut, Minggu (9/2) merupakan sesi partai final dari rangkaian Kejuaraan Antar Kolat Merpati Putih se DIY-Jateng. Kejuaraan ini diselenggarakan oleh UKM Merpati Putih UAJY bekerjasama dengan MP cabang Sleman. Dimulai pada hari Jumat (7/2), event ini telah diikuti sebanyak 107 pesilat dari kurang lebih 15 kontingen. Pada event ini, layaknya Kejuaraan Merpati Putih pada umumnya, membuka 3 kategori pertandingan, yakni; fight, seni (tunggal & regu), serta power.

            Hari pertama dan kedua merupakan ajang kategori fight. Selama dua hari, para pesilat menunjukkan kebolehannya dalam seni bertarung. Berjuang dari penyisihan hingga sampai ke semifinal. Sedangkan pada hari ketiga, ketiga kategori ditandingkan secara bergiliran. Mulai dari kategori power, seni, kemudian semua partai final kategori fight. Dapat dikatakan hari itu merupakan klimaks dari event Kejurlat kali ini. Pertandingan berlangsung seru dan keras.
iki fitri UGM versus salah satu pasukan kerajaan mataram

            Setelah semua partai berakhir, tibalah acara berikutnya, yakni penutupan dan penyerahan medali. Prosesi pengukuhan pemenang kali ini dilaksanakan secara sederhana. Namun dibaliknya, terdapat makna bahwa para pemenang kali ini masih belum boleh berpuas diri. Masih banyak pencapaian yang harus diraih sebagai seorang atlet silat Merpati Putih. Pada sesi penutupan ini pula, diberikan title juara umum kepada beberapa kontingen terbaik selama kejuaraan. Juara umum I diraih oleh kontingen Klaten, diikuti oleh Banyumas dan Kartosuro yang mendapat title Juara umum II dan III. Rangkaian kejuaraan selama 3 hari ini akhirnya ditutup oleh pidato singkat dari perwakilan pengurus pusat MP, Mas Sigit Infantoro.
iki kategori power. tekniknya pake punggung siku. sasarannya beton 2 rangkap

iki kategori seni tunggal putri
juara umum I, II, III (urut dari kiri): Klaten, Banyumas, Kartosuro
Bagi ane sendiri, event kejurlat kali ini merupakan hal yang berbeda dari biasanya. Kenapa ? karena biasanya, ane dateng buat bertanding dan ngliatin bagaimana teknik para pesilat. Tapi kali ini, ane bersama temen2 diberi amanah untuk menjadi wasit juri pertandingan di kejurlat. Jadi, kemarin ane dateng, berbincang2 ama wasit juri professional dari Jateng yang bekerjasama dengan kami dan ngliatin wasit di gelanggang. Aneh juga rasanya ternyata. Hahaha.
"bak, buk, bak, buk, gludakk". yo 1+2 1+3. blablabla.
sok2 bingung dewe malahan
Meski pada hari pertama, para wasit juri dari Jateng agak sangsi dengan kinerja kami. Namun pada hari kedua, dengan banyak masukan, kami dapat membuktikan bahwa kami mampu dan mau untuk belajar. Sedangkan untuk para wasit juri dari Jateng, mereka selalu memberi masukan kepada kami dengan cara yang berbeda-beda. Untuk itu kami berterimakasih.

Ane masih inget pada evaluasi wasit juri setelah pertandingan berakhir. Salah satu wasit dari Jateng, Mas Drajat, berharap bahwa melalui event kali ini akan muncul sosok2 wasit juri baru setingkat daerah yang akan mengangkat nama Merpati Putih. Semoga saja terkabul.
tim wasit juri Kejuaraan Antar Kolat se DIY-Jateng. 7-9 Februari 2014

 **Catatan: ternyata jadi juri, apalagi wasit itu butuh kerja keras. Musti cermat dan teliti. Ditambah lagi membutuhkan kemampuan mengambil keputusan dalam waktu singkat. Apalagi wasit juri seni. Oleh karena itu, jangan biasakan mencemooh atau menyalahkan wasit dalam suatu pertandingan. Karena belum tentu si pencemooh tersebut dapat menggantikan kinerja si wasit. Okee ???
hargai mereka. tugas mereka tidak semudah yang kita bayangkan
foto selengkapnya dapat dilihat di URL https://www.facebook.com/merpatiputih.kolatugm/media_set?set=a.694487213905940.1073741867.100000340036197&type=3 

Monday, February 3, 2014

Jomblo ? Pacar ? Galau ??

Jaman sekarang banyak yang lagi ngomongin kosakata sebagai berikut nih kayaknya yak; 
   • Jomblo 
   • Pacar 
   • Galau 
Sebenernya kalo ditilik lagi, apa sih makna dari kata-kata tersebut ? 

Kok bisa ketiga kata tersebut mempengaruhi kehidupan mayoritas remaja jaman sekarang ?

Yah kalo menurut hemat ane, ketiga kata tersebut masih bisa digambarkan secara sederhana. Untuk menjawab pertanyaan diatas juga.

Pertama.
JOMBLO.
        Kata ini pastinya udah ga asing ditelinga orang yang menghabiskan malam minggu sendirian… atau bareng-bareng (temen sejenis). Orang tersebut banyak bergaul seperti biasa, punya banyak waktu untuk dihabiskan, punya banyak kegiatan untuk dilakukan. Namun, mereka ga punya apa yang dinamakan “pacar”. Oleh karena itu, masyarakat bersama media yang mempengaruhi mereka, memberi seseorang stereotype “jomblo”. Atau kini yang lebih menyedihkan, muncul sebutan lain yakni “jones” atau jomblo ngenes (menderita –bhs.jawa). Yakni mereka, orang-orang yang tidak berpacar. Yang dihinggapi penyakit galau. Yang dianggap lebih rendah daripada mereka yang berpacar. 

        Meski demikian, para jomblo sebenarnya mempunyai asset terbesar dari dalam diri pemuda. Yakni waktu dan tenaga. Dengan tidak berpacar maupun galau, mereka dapat memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Penyaluran potensi tersebut bisa dilakukan dengan berkegiatan, berorganisasi, beribadah, belajar, berolahraga, dll. 
HIBUR DIRI ANDA SENDIRI. HAHA

Kedua,
PACAR.
        Kalo kata yang satu ini identik dengan cinta, lawan jenis, pasangan, happily ever after, dsb. Mereka yang berpacar memang nampak lebih “WOW” dimata sebagian remaja lain dibanding para jomblo. Golongan ini juga nampak lebih “fluktuatif” hidupnya. Di awal penuh dengan kegembiraan dan kehangatan cinta, di tengah mulai bosan, dan di akhir ada konflik. Kemudian konflik mereda, dan siklus dapat terulang. Naik – turun – naik – turun, siklus yang melelahkan mengingat hubungan kedua manusia kemungkinan hanya berstatus “pacar” dan sifatnya sementara. Berbeda dengan hubungan suami – istri yang telah diikat dengan pernikahan. Dalam pernikahan, pastinya akan ada naik turun pula. Namun karena mereka telah diikat dengan apa yang disebut “pernikahan”, sesuatu yang telah diridhoi dan disebut sebagai “penyempurna separuh agama”. Maka konflik tersebut akan menemukan jalan terbaiknya. 
ciee, dunia serasa milik berdua dalam kategori ini


Ketiga,
GALAU.
          Kata ini identik dengan kebingungan, gundah gulana, dan gelisah. Memang definisi galau bisa diartikan dengan berbagai jenis kondisi. Namun kata “galau” yang lagi ngetrend ini kini identik dengan penyakit jomblo. Definisi sederhananya mungkin “kegelisahan para jomblo dalam hal cinta, mengingat ketidakmampuan mereka dalam memberi/mendapat cinta dari pujaan hati”. Kondisi galau ini sudah pasti ga baik. Karena kegelisahan yang terus melanda. Menghambat seseorang melakukan hal produktif yang mestinya mereka lakukan. 
salah satu contoh kegalauan
          Meski demikian, galau mempunyai solusi tersendiri. Yakni sibukkan diri, lakukan hal yang bermanfaat, atau minimal kelilingi diri dengan teman dan sahabat.  


        Sebelumnya diatas, kenapa ane menyebut media dalam hal penyebaran ketiga kosakata tersebut ? Karena memang media lah (terutama Televisi) yang ane rasa memegang andil besar dalam membentuk berbagai stereotype dan opini publik, termasuk jomblo. Sekarang, FTV berkisah cinta remaja dimana-mana, di berbagai channel TV dan di berbagai waktu. Pun demikian halnya dengan dunia musik kita. Anak muda dan remaja kita dicekoki oleh tontonan dan musik yang isinya berangkat dari kisah cinta, mulai dari yang bertema “Gembira Ria, Hatiku Seakan Terbang Ke Angkasa” sampai “Tanpamu Disisiku, Hidupku Serasa Layu”. 
           
contoh media internet dalam nyebar kegalauan
         Sebenarnya memang wajar bila remaja dilanda cinta. Rasa ini dapat memperkuat kita, pun dapat pula membutakan. Namun satu hal yang nampak kurang pas apabila “cinta remaja” tersebut kian dilebih-lebihkan. Seolah tidak ada dunia lain dalam masa remaja selain dunia percintaan. Hal ini kian menguat dengan kehadiran sosial media. Bukan menyalahkan website-nya, namun hanya mengingatkan bahwa banyak remaja yang kini menggunakan sosmed sebagai “media cinta”. Misalnya; berpacaran di media sosial, bertutur sapa mesra, padahal perbincangan mereka dapat disaksikan oleh ribuan orang. Bisa juga dengan berkeluh kesah tiada henti karena galau. Melampiaskan kemarahan karena sebab cinta, dsb.

            Dalam hal ini, semuanya kembali ke individu kita masing-masing. Termasuk dimanakah diri kita ? 
Jika anda memandang hal ini salah, maka bantahlah sebagaimanapun. Karena itu hak anda dalam berpendapat. 
         
         Namun jika fenomena ini anda rasa benar. Maka lakukanlah hal yang benar. Solusi dari semua ini, mulailah dari diri sendiri. Lakukan hal yang bermanfaat. Perbaiki diri. 
Dalam kasus televisi dan musik, memang sedikit yang bisa kita lakukan. Namun untuk kasus media sosial, kita dapat ikut andil besar dengan mulai merubahnya ke sesuatu yang lebih berguna dan jauh dari sifat galau. Bagikan hal yang bermanfaat. Bukan hal yang menjerumuskan. 
OBAT GALAU; banyak hal yang bisa dilakukan pemuda.
banyak yang bisa ente lakuin meen