Apakah karena sudah saking kaburnya melihat jalan keluar yang tak kunjung tergambar ?
Hingga kemudian beranggapan bahwa mendobrak keadaan adalah jalan satu2nya dalam mengatasi permasalahan bersama. Sembari berharap ada 1 sosok yang berani memimpin dan melakukan 'dobrakan tersebut.
Namun pertanyaannya:
- Siapkah kita dalam menerima perubahan yang (bisa jadi, dan kemungkinan akan jadi) radikal ?
- Siapkah kalangan2 tertentu menerimanya ?
- Ke arah manakah kita melangkah setelah perubahan dilaksanakan ?
- Sudahkah kita mengecek pihak2 mana yang akan diuntungkan dengan perubahan tersebut ?
- Dan terakhir, sudah siapkah semua kalangan (bila) dipimpin oleh seorang revolusioner ?
Padahal, keinginan akan perubahan dalam jangka waktu yang cepat tak hanya bisa diraih dengan "dobrakan". Bisa jadi, pembenahan hanya perlu dilakukan dan difokuskan di beberapa sektor yang amat penting bagi publik. Yang kemudian setelah sektor tsb diperbaiki, pembenahan di bidang lain bisa jadi lebih mulus. Asumtif ya ? Emang. Namanya aja gambaran kedepan.
Namun yang perlu ditekankan disini, yakni semoga kita berhati-hati dengan pemikiran revolusioner. Yang menganggap (hampir) semua hal perlu dirubah, karena memang sedang berada dalam keadaan genting. Padahal bisa jadi keadaan sebenarnya tidak lebih buruk dari yang kita bayangkan. Bisa saja keadaan kita sekarang sedang menuju ke arah yang positif, dan hanya perlu ditambah sentuhan mereka yang humanis dan dapat menyebarkan optimisme ke banyak kalangan.
pilih kanan ? atau kiri ? |
No comments:
Post a Comment