Tentang Ane

Monday, April 18, 2016

Bhutan, Indonesia, and Our Mindset


Bhutan means "Land of the Thunder Dragon". Awesome, man (source: www.crwflags.com)

 Have you ever heard a country named Bhutan ? Yes ? Even just a glimpse, or back at the childhood memories when you were trying to memorize bunch of nation’s flags in “Atlas” ? Then we’re the same. Even as an International Relations student, I admit that I studied so little about tiny countries, such as Bhutan (kidding, I actually studied so little while I was in college. hehehehe). Anyway, I got a little insight about Bhutan today in one of the TED videos. Turns out that Bhutan is indeed a small country, but carries big dreams and strong principles. 

Bhutan is located in South Asia, specifically on Himalayan areas. They are a tiny country settled between China and India. Yes, CHINA and INDIA. Two major developing countries in the world. And what I mean by “two major developing countries” is actually “two gigantic environmental destroyer that sacrifices their own ecosystem for GDP growth”. Such an opposite to Bhutan. This small country is indeed talking about “Balance”. Between economic growth and nature conservation. We know that stance and principle is not easy, but they have been working on a solution to that. As the Prime Minister, Tshering Tobgay, stated, “the problem is obviously people. They feel the urgency to produce more. And that has the risk of coming into conflict with the laws of nature”. Tobgay then explain in the TED talks, that the solution is a joint program with WWF, called Bhutan for Life. It is an initiative of alternate funding to accommodate Bhutan needs for large-scale nature conservation program in the next 15 years. Tobgay believed that the program could help the economy of Bhutan as well. 


At this point, I realized that all of those Bhutan-thing, is very familiar. Yes, Bhutan is a small replica of Indonesia. We are a huge developing country, with enormous natural resources and hundreds of different culture, but we are still striving to survive. Especially in terms of natural resources, forest, and culture. We own maybe a thousand times of Bhutan’s forest area back then. But now, they were being burned to the ground. The forest in Kalimantan and Sumatra are also decreased, thanks to palm plantation. Hmm, anyway I didn’t want to mention more because I want this writing to be a positive message :) The point is that we realized the root of the problems is “people” mindset, as stated by Tobgay. Those who wants to produce more, but care less about nature. Then what we can do about this (again and again) is change ourself first !

 Have you ever throwing garbage in the street ? Have you ever dump your plastic trash when hiking the mountain ? Have you ever seen someone doing damage to the environment ? Then don’t do it again. This is the smallest thing we can do. You know what we can do more ? by planting trees, flowers, or maybe growing crops in your garden, or across the street and by persuade others to do the same. Yes I admit that I didn’t do all that I write so often, but I still do it sometimes. Why should we do that ? Because that will help our minds to get used to know nature. And shaping mindset is one of our biggest homework. Just like the people of Bhutan who get used to their forest and rivers. Before we can do big, we have to do the small first.

Tiger's Nest. Monastery and forest as far as the horizon goes.  (source: travel.paintedstork.com)

Tuesday, April 12, 2016

Latihan Semangat Juang - UKT (Part 1)



“Ayoo, jangan nyeraah !” “Lanjutin, dikit lagi pasti bisa !” “Ah aku gak bakal mandeg, sampe semuanya selese !” Semua pasti pernah merasakannya kan ? Misalnya ketika kita terlibat dalam suatu kompetisi; seperti balap lari semasa kanak-kanak, hingga mengikuti beragam kompetisi sewaktu kuliah. Semangat juang ini juga seringkali muncul tatkala kita sedang berusaha mencapai suatu tujuan tertentu, yang memang ingin kita wujudkan. 

Nah kali ini ane ingin berbagi pengalaman mengenai bagaimana semangat yang membara dapat dibentuk dan dilatih menjadi lebih kuat. Ane mengambil contoh dari Perguruan Pencak Silat Merpati Putih (MP). Sebuah perguruan yang telah ane ikuti selama kurang lebih 8 tahun. Dari sinilah ane mendapat beragam pengalaman yang luaarr biasaa dalam melatih semangat juang. Pasalnya sejak pertama masuk pada tahun 2008 silam, ternyata semangat ane dan kawan-kawan udah di-“tes” terlebih dahulu. Di pertemuan pertama, kami dites fisik oleh pelatih melalui bermacam metode. Mulai dari shuttle run, push up, sit up, dll. wheeeww.. cuapek rasanya. Akibatnya, di pertemuan kedua, kami berlima (ane dan 4 kawan lain sewaktu SMA yang daftar MP) jadi agak ragu buat berangkat latihan. But hell no, as if we would give up on the first try. Dan disinilah perjalanan MP ane yang penuh keringat dan perjuangan, dimulai (halah koyo arep perang wae, haha).

hosh..hosh..hosh..ayo..lari..terus..jangan..berhenti
 Selama mengikuti MP, satu hal yang paling kentara dalam melatih semangat juang adalah kegiatan Ujian Kenaikan Tingkat (UKT). Kegiatan ini sendiri bertujuan untuk menguji hasil latihan yang telah dilakukan oleh para anggota MP. UKT normalnya diadakan setiap 6 bulan sekali. Sehingga dalam jangka waktu tersebut, para anggota MP harus rutin berlatih demi memenuhi target dalam UKT. Nah, rangkaian kegiatan dalam UKT MP ini sangat unik, menurut ane. Karena ia dilakukan selama 1 hari 1 malam. Dimulai dari ujian tulis, dilanjutkan dengan ujian gerak, kemudian ujian tanding, ujian lari, dan terakhir ujian power. 

Ketika memulai ujian tulis, atmosfer kita sebagai peserta masih nyaman dan santai. Senyum masih banyak terselip di wajah masing-masing. Namun olahraga dimulai saat ujian gerak. Tatkala kita memaksa diri untuk terus bergerak sesempurna mungkin dalam waktu 2 jam. Demi nilai bagus dalam gerak, yang ditentukan oleh sang penguji. Ujian berlanjut ke sesi tanding (fight). Disini kita memacu stamina kembali, bedanya sesi ini lebih mengasyikkan. Karena kita merasakan sensasi bertarung silat secara langsung. Dan sewaktu pagi menjelang, kita mulai ujian lari. Jarak lari biasanya bervariasi antar tingkatan. Mulai dari belasan hingga puluhan kilometer. Jauh ya ? Namun disinilah letak tantangan itu sendiri. Akan ada suatu rasa dan panggilan ingin menyerah di sepanjang jalan. Merasakan napas terengah-engah, kaki semakin berat, dan jalan kian tak berujung. Namun disaat yang sama, pasti muncul panggilan lain berupa “ayo, kamu pasti bisa”, “aku ga boleh nyerah disini”, “aku ga boleh berhenti disini, aku ga akan nyerah”. Dan ketika kita menuruti panggilan positif tersebut, niscaya badan kita akan bergerak dengan sendirinya. Kaki yang berat, akan terasa bertenaga kembali. Napas yang terengah-engah, akan mulai stabil. Dan imaji jalan tak berujung akan hilang, berganti dengan kenikmatan berlari ditengah sejuknya udara pagi. Yep, I won’t forget those feelings.
pokoknya pukul sajaa
Brukkk.. yesss
  Dan terakhir adalah ujian power. Dapat dikatakan bahwa inilah ujian yang paling khas dari MP. Karena di sesi ini kita diharuskan untuk mematahkan sebanyak mungkin bongkahan beton cor yang telah disiapkan. Pasti muncul perasaan deg-degan, apalagi ketika mengangkat beton yang akan kita patahkan. “Duh, kok kayaknya keras ya”, “Wah ginian bisa dipatahin ga ya”. Kalimat-kalimat tersebut mungkin muncul dalam benak kita. Namun lagi-lagi disaat yang sama ada sesuatu yang membisikkan, “Ah, aku pasti bisa”, “Apapun yang terjadi aku bakalan matahin beton, mau kerasnya kayak apa”, “Aku ga bakalan malu-maluin pelatihku disini”. Nah, semangat yang sama pun berkobar kembali. Dan bagaimana hasilnya ? Yap, asalkan kita yakin, semua bisa teratasi. Beton pun mampu dipatahkan, dan tangan kita pegel. Tapi rasanya puaass bukan kepalang. Hahaha. 

Bersambung ~

Latihan Semangat Juang - Pembajaan (Part 2)


Sambungannya disini ~

Nah di part 2, ane bakal berkisah mengenai sesi lanjutan setelah UKT, yakni Pembajaan. Pembajaan sebenarnya merupakan istilah untuk pelantikan kenaikan tingkat dalam MP. Acara pembajaan sendiri dapat bervariasi antara satu daerah dengan lainnya, karena memang belum ada patokan standar nasional dalam rangkaian acaranya. Agar lebih mudah, ane ambil contoh pembajaan di MP Cabang Sleman, Yogyakarta. Di MP Sleman, pembajaan dilakukan secara terpisah. Biasanya selang 1-2 minggu pasca UKT. Hal ini dilakukan agar ada jeda dalam rekap nilai UKT (untuk mengetahui siapa yang lulus/tidak lulus), serta agar ada waktu istirahat bagi para peserta, mengingat pembajaan juga berlangsung selama 1 hari 1 malam. 
bareng2 temen lebih asikk
Pembajaan di MP Sleman dilakukan di Padepokan MP Parangkusumo, Bantul. Acara biasanya dimulai semenjak Sabtu siang. Dengan kegiatan pertama yakni napak tilas; dengan mengunjungi Kali Opak dan berjalan menelusuri Gunung Botak, hingga kembali ke Padepokan. Acara berlanjut ke sesi “Menyambut Matahari Terbenam”. Disini kita akan merenungi dan mengulas kembali segala macam tindak perbuatan kita di masa lalu. Untuk kemudian kita ambil hikmahnya. Juga kita harus melepaskan segala ikatan masa lalu kita yang kurang baik, seiring dengan tenggelamnya matahari di ufuk Barat. Acara masih bernuansa santai hingga sebelum tengah malam.

asal ada kawan, semua jadi menyenangkan
Nah mulai di tengah malam, semangat juang kita masing-masing mulai diuji. Pasalnya, acara malam terpisah antar tingkatan. Sehingga, “tes” semangat pun sengaja dibedakan ditiap tingkatan. Ada yang ringan, sedang, dan cukup berat. Bagi ane yang baru merasakan pembajaan Balik 2 ke Kombinasi 1 disana, ujian semangat malah udah dimulai duluan sejak siang, non-stop ampe besoknya. Mantaapp. Bagi kita, pembajaan memang menguras fisik, bahkan di tingkatan tertentu, hingga habis-habisan. Namun disisi lain, makin berat ujian fisik, maka makin terlatihlah mental kita. Karena memang kegiatan ini sendiri bertujuan untuk melatih peserta untuk mampu tetap bertahan, meski raga telah kepayahan. Ketika suara dalam kepala berbisik, “Haduh, dah ga kuat aku”, “Berat banget ya, aku mau nyerah aja deh”. Kita dilatih untuk meneriakkan sebaliknya, “Woy, jangan nyerah wooyy !”, “Kamu udah lulus UKT dan mau dilantik, tapi nyerah disini ?? Ga bisaaaa”. Semangat, semangat, dan semangat. Hanya itu yang ada di pikiran. Namun yang lebih asik dari kegiatan ini adalah ketika kita berjuang dan berteriak pada diri sendiri, sembari ditemani oleh banyak teman seperjuangan. Yang tentunya mereka merasakan hal yang sama. Sehingga dikemudian hari, pembajaan bisa jadi memori yang kita ulas berulang-ulang, namun tetap tak bosan untuk bersama ditertawakan. Hahaha.


Yup, dengan ikut MP, semangat juang ane makin membaik dari waktu ke waktu. Terimakasih EmPe. Wkwkw.