Kata
”Kapan” merupakan sebuah kata tanya yang sangat sederhana. Ia terdiri dari 5
huruf yang terdiri dari 3 huruf konsonan dan 2 huruf vokal. “Kapan” biasanya
digunakan untuk menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan konsep waktu. Misalnya,
“Kapan kita buka puasa ?” atau “Kapan kamu berangkat ke Jogja ?”. Sederhana tho
bos ? Ga ada yang spesial jika didengar sekilas. Ane pun awalnya berpikir
demikian. Hingga pada suatu ketika, kata ini kemudian tiba-tiba muncul,
berkumpul, dan terbang-terbang non-stop di dalam benak ane. Sesekali ia
menghilang, namun kadang ia hinggap, tak bergerak, sampai ane menyelesaikan
misi yang membawa kata “kapan” tersebut.
Satu
contoh ane alami sendiri sewaktu masuk ke semester 8. Di semester ini,
rata-rata anak S1 telah mulai meninggalkan mata kuliah masing-masing dan mulai
beralih ke tugas legendaris para mahasiswa. Yakni SKRIPSI. Hahaha, dan hal ini
tak terkecuali bagi ane. Namun semester 8 ane sedikit berbeda, karena selain
(berniat) ngerjain skripsi, ane juga masih punya tanggungan mata kuliah yang
lumayan banyak, serta 2 tanggung jawab lain, yakni nglatih MP di UGM selama 2x
seminggu dan kerja part time di Campinavista selama 6x seminggu. Gegara kegiatan
ane yang sok sibuk ini, akhirnya “misi” mengawali skripsi pun tak kunjung
dimulai. Namun tiba-tiba, entah dari mana, muncul pertanyaan yang diawali
dengan kata yang selanjutnya bakalan familiar di telinga ane selama beberapa
tahun kedepan. Yap, apalagi selain kata “kapan”. Dimulai dari Pakde dan Bude, “kapan
mulai skripsi, le ?” Kemudian lanjut ke Bapak Ibu dengan nada yang sama. Kemudian
lanjut ke temen2, “kowe kapan ngajokne judul (skripsi), bro ?”. Kemudian lanjut
ke Filda, “mas, kapan skripsi ?”. Oh waow, apparently this is what they called “Semesta
Mendukung”. Ucap Alhamdulillaah dan senyumin aja deh.
Seiring
waktu berlalu, ternyata Filda yang paling getol nanyain kata “kapan, kapan, dan
kapan”. Sampe bosen ane mungkin dengernya. Namun, rentetan tembakan senapan
mesin yang berisi ratusan peluru “kapan” dari Filda tersebut ternyata terbukti
efektif dalam pengerjaan skripsi ane. Terbukti dalam kurun waktu bersih 3
bulan, skripsi ane selesai. Kemudian dilanjutkan dengan sidang, revisi, dan
wisuda 2 minggu kemudian. Alhamdulillaah, terimakasih juga kepada semua pihak
yang udah membantu ane. Di titik ini, ane sedikit lega karena kata “kapan”
sudah mulai sirna dari benak ane.
Namun ternyata kata ini masih bandel juga. Ia datang
kembali sesaat setelah wisuda. Dengan berganti wujud, ia terbang dan mampir
lagi ke pikiran, sambil berujar, “Kapan kerja ?” Ow yeah. Ane saat itu masih
tenang karena merasa masih punya waktu. Pasalnya, setelah lulus, ane langsung
balik ke Solo dan mendapatkan pekerjaan sampingan berupa proyek survey marketing
di Solo selama 3 minggu. “Ah, selama 3 minggu ini kan bisa sekalian buat nyari
lowongan”, pikir ane. But it’s not as easy as it seems. Karena IPK ane yang
pas-pasan, ditambah jurusan kuliah yang unik, ane cukup perlu waktu untuk
sekedar mendapatkan panggilan. Tapi tak apa, semuanya kan butuh proses. Asal sabar
dan telaten dalam mencari, pasti mendapatkan.
Dan ternyata sampai sekarang, belum dapat
juga. Hahaha. Dan pertanyaan “kapan kerja, le ?”, “kowe kapan nyusul (merantau,
kerja) ?” masih saja bermunculan. Hanya tak seintensif dulu sewaktu skripsi. Dan
ane mbayangin, kalo udah kerja besok. Setelah 1 tahun pasti ditanyain lagi, “kapan
nikah ?”. Kemudian 1 tahun setelah nikah, “kapan punya momongan ?”. Bahahaha.
Senyumin ajah. Toh itu semua termasuk dalam kategori Semesta Mendukung kok. Sebagai
motivasi bagi kita juga agar kehidupan kita terus aktif bergerak, progresif,
dan kontributif.
No comments:
Post a Comment