Setelah browsing2 kemarin, akhirnya ane nemu film yang
pengen coba ane tonton. Judulnya Eternal Sunshine of the Spotless Mind. Ah,
dari judulnya aja, ane udah ga mudeng. Tapi dari ngliat beberapa review di
internet, katanya bagus nih film. Daan download, langsung tonton.
Film
ini dimulai dengan menceritakan secuil rutinitas sang tokoh utama, Joel (Jim
Carrey). Joel merupakan pegawai kantoran biasa, dengan kehidupan sosial dan
rutinitas yang biasa pula. Namun di suatu pagi, Joel tiba2 lari dari kereta
dimana ia harusnya berangkat. Ia berlari ke arah gerbong lain. Sebuah kereta
menuju Montauk. Joel bingung kala itu. Ia jarang mengikuti instingnya, dan
melakukan sesuatu hal dgn tiba2. “I’m not an impulsive person…”, gumamnya.
Sesampainya di Montauk, ia hanya berjalan, berkeliling, ke pantai, pertokoan.
Namun yang aneh adalah dia kerap kali berpapasan dengan wanita berambut biru.
Merasa keduanya kerap berpapasan, wanita berambut biru dan Joel pun berkenalan.
Ia bernama Clementine (Kate Winslet). Mereka pun berbincang sepanjang kereta
berjalan ke arah kota asal mereka. Yap, ternyata mereka tinggal di kota yang
sama. Selang beberapa lama, mereka pun menjadi lebih akrab.
Scene
berikutnya dimulai saat Joel menangis. Clementine ternyata menjalani sebuah prosedur
medis; penghapusan memori tentang Joel, setelah sebelumnya mereka sempat
bertengkar hebat. Joel yang sakit hati pun kemudian mendatangi sang dokter
untuk menjalani prosedur yang sama. Namun dikala prosedur berjalan, Joel
ternyata mengubah niatnya. Prosedur tersebut sendiri dilakukan dengan cara si
pasien masuk ke alam bawah sadarnya. Ia kemudian mengulang kembali satu demi
satu memori yang pernah ia jalani bersama “target” yang ingin dihapus. Dengan
kata lain, ia mengulang lagi memori yang pernah ia jalani bersama Clementine. Hanya
bedanya, setelah satu memori usai, maka "Clementine" akan hilang dari ingatan
Joel. Hal tersebut berulang terus menerus hingga Joel akhirnya lupa sama sekali
siapa Clementine. Namun di tengah perjalanan, Joel mengubah niatnya. Karena ada
1 memori manis yang tidak ingin Joel lupakan. Akhirnya, ia dan “imajinasi Clementine”
dalam pikirannya mencoba berbagai cara agar memori Clementine di otaknya tak
terhapus.
prosedur penghilangan ingatan |
Disinilah
penonton (ane) mulai ndomblong, dan cuman mengernyitkan dahi, sembari bilang, “hah
??”. Karena saat prosedur selesai, Joel ternyata berangkat kerja seperti
biasanya. Namun saat menunggu kereta, ia tiba2 lari menuju kereta lain…tujuan
Montauk. Ya, kembali ke scene pertama. Kelanjutannya dapat dibaca lagi pada paragraph
pertama disini.
Di
saat bersamaan, kantor Dr.Howard (dokter yang ngilangin memori), ternyata ada
konflik. Sehingga sang asisten mengembalikan semua catatan wawancara pasien sebelum
memorinya dihilangkan. Termasuk rekaman Joel dan Clementine yang ternyata sebelumnya telah menjalani hubungan selama 2 tahun. Mereka yang saat itu baru saja berkenalan
(lagi), mendengarkan kaset wawancara mereka dahulu, bergantian. Bagaimana Clementine
marah terhadap Joel, sehingga ia memutuskan untuk melupakannya. Dan bagaimana
Joel sakit hati karena Clementine sudah melupakannya hanya karena konflik.
Clementine
pun menyesal, kemudian menangis dan berkata pada Joel, bahwa ia akan
meninggalkan Joel seperti sebagaimana mestinya. Namun Joel mengejar gadis
tersebut. Clementine lalu mengatakan padanya bahwa hubungan mereka akan selalu
penuh dengan kekurangan. Karena Joel dan Clementine adalah manusia yang
berbeda, dan mereka penuh dengan kekurangan, “I’m not perfect !”, ujarnya. Namun
kemudian Joel tersenyum, sembari berkata “Okay”. Dan sedetik kemudian, mereka
berdua menangis sembari tertawa, “okay, okay”. Tertawa, sambil menyadari bahwa
kekurangan mereka lah yang menjadikan mereka dapat saling melengkapi.
Film ini juga memberikan hikmah bahwa destiny has its own path. Bahwa sejauh
apapun Joel dan Clementine menjauh, mereka tetap dapat dipertemukan kembali. Bahkan
sebelum Joel hilang ingatan, sesuatu membisikkannya, “Meet me at Montauk”. What
a mystery, right ? but oddly, I believe that. Nothing is just a coincidence,
and everything happens for a reason.
Oh, God. How I miss
her…