Tentang Ane

Tuesday, December 23, 2014

Selamat Merayakan Natal yak

Ane tadinya tak pernah berfikir mengenai perihal boleh atau tidaknya seorang muslim mengucapkan ucapan “selamat natal” kepada seorang kristiani. Karena selama yang masih ane ketahui kemarin2, mengucapkan natal kepada umat kristiani adalah haram hukumnya bagi mereka yang muslim. Namun belum lama ini, Prof. Quraish Shihab, seorang ulama dan ahli tafsir terkemuka Indonesia, menyatakan bahwa boleh hukumnya untuk mengucapkan “selamat natal” kepada umat kristiani. Argumen beliau dilandaskan pada fakta bahwa kita selaku umat muslim yang tinggal di lingkungan heterogen dan multi religiusitas haruslah toleran terhadap mereka yang keyakinannya berbeda dari muslim. Hal ini bertujuan untuk membina hubungan baik antar umat beragama dalam masyarakat. Beliau juga menambahkan bahwa selama umat muslim hanya sebatas mengucapkan, dan tak mengikuti perayaan natal secara lebih jauh, hal ini diperbolehkan. Dengan kata lain, Quraish Shihab mengemukakan argument tersebut berdasarkan oleh landasan sosial. Bahwa kita; muslim, kristen, katolik, hindu, buddha, hidup bertetangga dan harus saling toleransi. Dan wujud “toleransi” tersebut direpresentasikan dalam bentuk ucapan selamat hari raya kepada mereka yang berbeda keyakinan.

            Sekilas ane percaya dengan apa yang dijelaskan oleh Quraish Shihab. Karena sebab sejatinya ucapan tersebut dilarang oleh sebagian pihak adalah muncul anggapan bahwa dengan mengucapkan "selamat natal", muslim berarti percaya dan mengakui bahwa Yesus benar lahir pada 25 Desember, dan dia merupakan anak Tuhan. Padahal dua premis tersebut kan tak relevan, antara (1) saya ngucapin natal. dan (2) saya mengakui bahwa Yesus dst. Ini sama saja dengan premis "saya mengucapkan selamat Idul Fitri kepada muslim dan saya mengakui bahwa Allaah adalah Tuhan saya". Dua hal ini merupakan hal yang berbeda. Plus, ane meyakini bahwa eksistensi umat muslim di awal abad 21 kini semakin terhimpit karena satu faktor yang amat fatal; TERORISME. Yap, bermula dari kejadian 9/11, kemudian di Indonesia sendiri terjadi kasus bom bali 2002, bom di kedubes Australia, dst. Hingga isu ISIS/Daulah Islamiyah yang kini makin mempopulerkan keterkaitan antara terorisme & islam. Karena eksistensi islam yang makin terhimpit inilah, ane rasa islam musti makin populis & “ramah” dimata masyarakat untuk membangun kembali citra islam. Keren kan misal ngliat para mas-mas berkoko dan bersarung gitu tersenyum dan memberi ucapan natal ke tetangganya yang sedang ngrayain natal. Ini yang kemudian ane fikirkan.

            Pada satu sore ane bertanya kepada senior ane, Mas Jo, mengenai pro-kontra pengucapan selamat natal ini. Dia mengatakan bahwa bila terjadi satu perdebatan, ambil jumhur ulama (yang lebih banyak diakui ulama). Plus, MUI ternyata juga telah memfatwakan mengenai hal yang sama pada th 1981. Isinya menjelaskan bahwa umat islam memang harus bergaul dan bekerjasama dalam kehidupan dunia. Namun tidak dalam urusan akhirat. Dalam hal ini, ane sepakat aja. Karena dia ane pandang lebih tahu. Kemudian ane browsing, dan mendapati fakta bahwa mayoritas jumhur ulama mengatakan bahwa mengucapkan “selamat” saja diperbolehkan. Yap. Oke. Kemudian ane cari fatwa MUI 1981 yang mengatakan hal diatas. Namun tak menyebutkan satupun bahwa mengucapkan “selamat” itu haram. Yang haram hanya mengikuti perayaannya (ikut upacara ibadah beserta rangkaiannya –kalo ini, JELAS). Berarti mengucapkan “selamat natal” hukumnya diperbolehkan atas dasar dua hal tersebut. Mungkin ada dasar-dasar lain, cuman ane belum tau.


            Mungkin hal ini terbilang sepele yak. Kenapa perihal mengucapkan “selamat” kepada orang lain saja dibesar-besarkan. Dan bahkan diharamkan atas dasar “mengucapkan berarti mengakui bahwa agama itu benar”. Kurang nyambung aja sih. Bahkan nampaknya, mengapa islam ane rasa belum terlalu berkembang dan bahkan kian terhimpit kini karena sikap sebagian penganutnya yang masih konservatif, tertutup, isolasionis. Takut terhadap hal-hal yang berbeda dengan ajaran lama. Misal ada orang islam yang inklusif, ramah, toleran terhadap siapapun… dibilang liberal. Suka ama film (?)… dibilang liberal. Lebih memilih pemimpin non-muslim tapi kompeten, dibanding yang muslim tapi tak kompeten… dibilang liberal. aahh.. padahal dunia sudah berubah. Kita kini dihimpit oleh isu-isu seperti terorisme yang bahkan jauh lebih besar ketimbang dengan hal-hal apa yang kita pertentangkan saat ini. 

jangan sampe deh islam maju dengan cara kayak gini. hardcore

*sebenernya ini hal sepele sih. ngucapin ama ga ngucapin, dampaknya juga ga terlalu gede. kalo pengen ya ngucapin, kalo ragu, ya nggak usah, kalo nentang, yaudah. wkwk.   

Tuesday, October 14, 2014

Jogja aman ? Iya po ?

      Wah, akhir2 ini jogja jadi rawan men. Rawan penjambretan, pembacokan, tawuran geng, entahlah. Ngeri juga. Kabarnya sih, kejahatan2 tersebut terjadi pada malam hari, sekitar pukul 21.00-dini hari. Pelakunya juga (kabarnya lagi) menggunakan senjata tajam macam golok dan pedang. Mereka beraksi dalam jumlah kecil, yakni 2 orang di 1 motor. Yang belakang yang bawa senjata katanya.

            Ane pertama kali denger berita ginian dari temen deket ane, inisialnya T. Jadi ceritanya si T ini baru abis nganterin pacarnya balik ke rumah. Nah pas si T mau balik ke kosan, dia nglewatin bunderan teknik, daaann terjadilah kejadian itu. Si T tiba-tiba dicegat oleh 2 orang lelaki. Ia berhenti. Bukan karena ia menanggapi mereka. Namun karena motor si T dipepet ke kiri jalan oleh motor 2 lelaki tsb, kemudian dicegat (kayak pas ditilang polisi cuy, bisa bayangin kan ?). Pria yang duduk didepan (sebut aja pria 1) tanya ama si T, “Rumah sakit Panti Rapih dimana ya mas ?”. Si T masih ndomblong, mikir. Namun kemudian, ga ada angin ga ada ujan, si pria pembonceng pria 1 (sebut aja pria 2) langsung ngluarin golok sambil bilang, “Serahin barang-barang !!”. Nah disini ane sempet ketawa, karena temen ane tersebut dengan polosnya bercerita bahwa saat itu dia malah ndomblong, kaget tapi setengah ga percaya kalo dia sedang dijambret.. bukan, bukan panik. Si T saat itu malah jauh dari kata panik. Dalam benaknya ia berkata, “ni beneran gue dijambret… ?”. Sesaat kemudian tangannya bergerak maju, refleks memegang golok yang sedang ditodongkan padanya.

            Lanjut. Setelah golok dipegang T, pria 2 (kayaknya) panik juga. Dia berusaha menarik golok yang ujung (tajemnya) dipegang ama temen ane itu. Adegan tarik menarik terjadi. Kata si T ke ane, baru kali itu dia ngrasain panik bukan main. Karena merasa ia harus kabur, T kemudian melempar golok kedepan, bersamaan dengan tangan pria 2 yang masih keukeuh mempertahankan goloknya. Si T yang sesaat bebas dari todongan golok pun kemudian bergegas memutar stang motor, membelokkan roda depan, dan tancap gas sekuat mungkin untuk berbalik arah; melarikan diri. Namun pria 2 yang agaknya masih belum ikhlas mangsanya kabur, kemudian mengayunkan goloknya ke arah punggung si T. Namun beruntung sabetan golok tersebut tertahan oleh backpack temen ane. Sedetik kemudian motor si T pun melenggang kencang, hilang di kegelapan malam.
ah, jangan2 ini semua ulah si Genji dkk 

            Ndomblong juga ane ketika denger cerita tersebut. Cerita yang bagi ane, menjadi awal dari serentetan cerita-cerita berikutnya (yang hanya ane dapet dari whatsapp) di jogja. Utamanya sekitaran UGM. Apalagi pas kemarin ane dapet kiriman foto-foto pelaku yang tertangkap oleh warga. Ada banyak ternyata. Dan katanya sih geng anak-anak SMA. Entah apa motif mereka.

            Jujur aja ada rasa khawatir sekarang kalo pas bepergian malem. Apalagi kalo yang bepergian temen-temen cewek, yang sendirian. Bagi mereka yang pernah/sedang mempelajari beladiri pun ane kepikiran juga. Masalahnya bukan terdapat pada latihan yang kita jalani selama ini. Latihan kita bisa dikatakan benar, karena sesuai dengan kurikulum perguruan masing-masing. Namun di jalan, yang dibutuhkan adalah nyali dan ketepatan serangan (Teorinya. Ane sendiri belum pernah praktek soalnya, dan semoga ga bakal praktek). Kalo cuman nyali doang, tapi serangan ga kuat dan tepat, cari mati. Kalo cuman modal hasil latihan, serangan kuat dan tepat, tapi nyalinya cemen juga sama aja. Kalo udah punya dua-duanya, tapi musuhnya 7 orang yang bawa golok, ya sama aja. Makanya, kalo ga yakin bisa menang, lebih baik lari, atau yang lebih baik lagi, lari terus minta tolong warga sekitar. Hha.


             Nah kalo gitu, mungkin kemudian muncul pertanyaan, ”Terus ngapain belajar beladiri ?”. Jawabnya ada 2. Pertama, selain dari aspek beladiri, banyak hal yang didapatkan; silaturrahim, ilmu baru, kesehatan, percaya diri, dan mental juara. Jika ditilik dari aspek beladiri, yang kita dapatkan adalah (sedikit ilmu) untuk mempertahankan diri, trik-trik melawan musuh yang lebih kuat, penguatan otot-otot di tubuh (karena tanpa otot yang kuat, susah buat bisa mukul/nendang kenceng, bahkan mungkin susah buat cuman melarikan diri), dan tentunya memperbesar kemungkinan kita untuk bisa menjaga diri sendiri dan orang-orang disekitar kita disaat-saat yang dibutuhkan J
eaaaa !! 

Tuesday, September 9, 2014

Catatan KKN Eps 4; Petualangan Mencari Air

       Seminggu kemudian, tepatnya pada Minggu 20 Juli. Pasca ngepul susu, kami pergi bersama untuk sekedar jalan2 di lereng Merbabu. Tepatnya di dusun Selo. Niat awal kami yang mulanya jalan2, ternyata kemudian mendapat fakta yang mencengangkan. Woooh

        Mulanya kami naik dengan tujuan mencari pemandangan indah. Hingga akhirnya kami sampai (dengan tidak sengaja) di dusun Selo atas. Dan konon di daerah inilah terdapat sumber air yang luarbiasa, hingga kemudian dinamakan daerah Thuk Babon (kata Tongki sih; Thuk =  mata air, Babon = besar) atau Kuthuk Babon. Di dusun ini, air melimpah ruah. Hal ini terbukti dengan memancarnya selang dan keran air dimana2. Seolah tak mampu lagi menampung volume air yang ada.

        Kami kemudian fokus untuk tetep jalan2 (halah). Naik turun ladang, mendapatkan pemandangan yang keren, hingga kemudian turun lagi. Di tengah jalan pulang di ladang, kami melihat dari kejauhan; sebuah bak putih besar yang ada di tengah ladang. Kontan kami teringat dengan perkataan Mas Agus yang tempo hari menunjukkan sebuah bak putih yang terlihat kejauhan di atas lereng Merbabu. Mas agus berkata bahwa bak tersebut lah yang mengirimkan air ke seluruh penjuru Selo. Anwar pun berkata saat itu juga, bahwa kami harus mengunjungi desa di tempat bak tersebut.

        Lanjut ya, setelah beberapa saat, kami memutuskan untuk mengunjungi bak tersebut. kami pun berjalan kesana. Turun dan berjalan beberapa saat. Kira2 4 meter sebelum kami sampai bak, terdengar suara berisik riuh air. “wah bener nih…” saat itu perasaan kami bercampur antara lega dan miris pula. Lega karena kami telah menemukan dusun sumber permasalahan. Namun miris juga karena ternyata dusun tersebut memang bermasalah, sama seperti yang digambarkan masyarakat Samiran.

belum punya foto lainnya. tapi ini foto pas jalan kearah bak penampungan air

      Di sepanjang jalan saat turun pula, kami mendapati banyak sekali air dengan jumlah yang mencengangkan bila dibandingkan dengan Samiran. Banyak darinya yang tumpah ke selokan, mancur bocor dari pipa2 besi yang malang melintang disepanjang desa, atau bahkan terbuang percuma dari tempat wudhu. Bandingkan dengan Samiran yang airnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan seadanya, untuk wudhu di masjid pun kadang habis. Apalagi untuk kebutuhan sapi perah. Beeeehhh, jangan tanya.

        Komoditi utama di Thuk Babon nampaknya adalah pertanian. Pertanian sayuran mahal coy ! cabe, bawang merah, menghiasi ladang dan halaman rumah warga. Ah pantas saja rumah2 di dusun ini bagus2. Banyak yang punya mobil pula. Ketimpangan ekonomi nampak jelas di dusun ini jika dibandingkan dengan Samiran. Kalo kata Soekarno, “siapa yang menguasai minyak, ia menguasai hidup orang banyak”. Disini, kata “minyak” mungkin lebih relevan kali yak kalo diganti dengan kata “air”.

Hmm, nampaknya menantang pula untuk menyelidiki masalah air disini.

Catatan KKN Eps 3; Air ?? Mana Air ??

        Satu hal yang ane bingung dari daerah Selo adalah airnya. Kenapa ? karena disini kan daerah pegunungan, tapi air malah susah. Namun hal ini bukan halangan dan alasan, malah dapat menjadi tantangan bagi KKN ane.

        Hari minggu, 13 Juli 2014. Tak ada bedanya dengan hari2 lain disini. Yah, karena kami memang belum ada kegiatan sih. Jadi pagi ini kegiatan baru terlintas di benak kami. Yakni mencari air. Diawali dengan percakapan bersama mas tarno yang menuturkan bahwa dibawah BLM terdapat mata air. kami penasaran dan akhirnya memutuskan untuk melihat dan mengambil sejumlah air dari mata air tsb guna memenuhi kebutuhan kami.

turun ke jurang, coba2 bawa galon. eh naiknya ga kuat. haha
  
ini turun.. turun.. terus turun lagi. 500 meter 
        Saat kami tanya mas Tarno, beliau mengatakan jarak antara BLM dan mata air hanya 500m. santai. Woless lah kalo gitu, hahaha. Tapi kenyataan berkata lain. 500m sih emang, tapi medannya parah. Turun ke jurang. Curam. Nglibas rerumputan tinggi. Dan itu baru turun, naiknya makin susah pula. Selangkah demi selangkah, sembari bawa galon yang isinya air resapan tanah yang sempat kami ambil di bawah. Berat dan bikin keringetan coy. Sesampainya diatas, kami beristirahat sejenak. Berusaha menangkap udara lagi sebanyak mungkin, untuk dimasukkan ke paru-paru kami yang barusan bekerja keras. “Huufff… tapi Mantap !”
sumber airnya bro

Friday, September 5, 2014

Catatan KKN Eps.2; Adaptasi

11 juli di pagi hari. Semuanya sibuk. Banyak orang berbaju “KKN” yang mondar mandir di deket kontrakan. Di dalem kontrakan pun sama halnya, Bayek, Adi, Lingga, semua sama sibuknya. Karena hari ini adalah hari penerjunan kami, para makhluk semester 6 keatas. Ane ga mau kalah juga lah, semua udah ane check list biar ga ada yang ketinggalan. Sarung, pakaian, obat-obatan, buku, laptop, bahkan hingga matras ane bawa. Memang diantara barang sehari-hari tersebut, ane nyelipin beberapa barang peralatan untuk pendakian. Tujuannya apa ? ya buat naik gunung besok pas KKN laah. Kan mumpung deket, hahaha. Tapi itu baru rencana sih… realisasinya ? entahlah ~

Jam telah menunjukkan pukul 8.30, saatnya kami berangkat. Berbondong-bondong kami menaiki bis sewaan yang udah dicariin Adib cs. Beraneka ragam barang ada disini. Mulai dari TV, kasur lipet, hingga koper luar biasa besar-nya mbak Disti yang ane kira kulkas.

sekelumit dari Dusun Samiran

Sesampainya di Selo, kami turun di Kecamatan. Rencananya sih kami akan “disambut” oleh pihak kecamatan disini. Dan benar saja, unit kami, JTG-53 yang bertugas di Samiran, bersama unit JTG-sekian (maaf, ane lupa) yang bertugas di Lencoh digiring ke aula untuk acara penyambutan. Tak lama kemudian, kami pun duduk rapi sembari mendengarkan sambutan dari Pak Camat. Beliau kemudian bercerita panjang lebar mengenai garis besar keadaan wilayah Selo. Bahwa tempat KKN ane selama 2 bulan kedepan ini terletak di ketinggian 1500an meter DPL. Dimana mata pencaharian utama penduduknya terdapat di sektor pertanian. Beliau juga menceritakan salah satu permasalahannya disana, yaitu menghadapi salah satu fenomena alam yang unik. Yakni “Nikah Dini”. Wowow.. Rupanya di salah satu dusun, fenomena ini marak adanya. Banyak para cewek yang udah lulus SMP, langsung pada lanjut nikah. Pak Camat pun melanjutkan,”Jadi kalo mbak-mbak ini ketemu sama kelompok masyarakat yang seperti itu, bisa jadi mbak-mbak semua ini udah dianggap perawan tua ! Belum laku”. Hahahaha. Sontak kami semua pun tertawa.

        Sepulang dari kecamatan, kami langsung lanjut ke pondokan yang akan menjadi “rumah” kami selama 2 bulan kedepan. “BLM” sebutannya, singkatan dari “Balai Latihan Masyarakat”. Disini kami mulai bersih-bersih, observasi lingkungan, serta adaptasi terhadap suhu dingin pegunungan Selo. Bayangin aja, suhu disini berkisar sekitar 15o an celcius. Airnya kayak air es broo. Warga sini pun kebanyakan memakai jaket kemanapun mereka pergi. Seolah jaket menjadi pengganti baju sebagai pakaian terluar dari tubuh. Hehe, dingin sih soalnya.

         Tak terasa, petang pun datang. Kami berbuka puasa bersama untuk pertama kalinya disini. Ah, mungkin lebih tepatnya, “berbuka puasa bersama KELUARGA BARU…”. Karena nantinya selama ±2 bulan, kami semua -3 sub unit- akan tinggal bersama dalam 1 pondokan sebagai keluarga. Yap, sebuah keluarga besar yang menjadi bagian dari Desa Samiran.
pas masang spanduk. Ada DPL kami, pak Nanung, juga lho


"rumah" kami di Samiran. indahnya luar biasa

Wednesday, September 3, 2014

Catatan KKN Eps.1; Prolog

“WHOAAA… akhirnya KKN juga !”, pekik ane dalam hati. Senang rasanya mengetahui bahwa liburan telah datang. Sejenak lari dari segala macam perkuliahan, kepenatan, dan tanggung jawab. Selama liburan ini, ane penasaran pula ama yang namanya Kuliah Kerja Nyata (KKN). Sebuah mata kuliah khusus, 3 SKS tapi mbayarnya 1 juta. Hahaha. Bikin penasaran kan ?

Apa sih KKN ?
        KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat) merupakan sebuah program kuliah yang berangkat dari tanggung jawab dalam hal pengabdian masyarakat oleh UGM. KKN biasanya dilakukan pada semester 6 keatas, dimana mahasiswa telah memenuhi syarat jumlah SKS yang ditentukan. Namun ada juga fakultas yang mengatur jadwal KKN mahasiswanya lebih lama daripada lainnya. Kemungkinan karena mahasiswa fakultas tersebut diwajibkan untuk ikut Kerja Praktik (KP) atau Koas terlebih dahulu.

    Tujuan KKN sebenarnya dapat dikatakan dalam satu kata, “Mengabdi”. Mengabdi untuk masyarakat. Nah hal ini (idealnya) dilakukan dengan metode penggabungan ilmu mahasiswa 1 tim KKN (interdisipliner). Maksudnya, dalam memandang suatu permasalahan yang ada di masyarakat, kita tak cukup hanya mengandalkan satu pandangan ilmu saja. Misal; tema di KKN ane, JTG 53, adalah “Peningkatan blablabla dengan blablabla Sapi Perah” (mbuh lali komplet e, hahaha). Penekanan tema disini terdapat pada kata “peningkatan” dan “sapi perah”. Nah berarti kan kita musti meningkatkan kekuatan masyarakat, spesifiknya dengan sapi perah. Tentu dalam KKN ini, keilmuan yang paling berperan ialah Kedokteran Hewan dan Peternakan.

Merapi, pemandangan sehari-hari
       
         Namun, esensi KKN tak akan terlihat bila 1 tim isinya mahasiswa KH ama Peternakan semua. Selain mereka, juga terdapat keilmuan lain seperti Ilmu Sosial, Hukum, Biologi, Pangan, Teknik, dsb. Peran ilmu-ilmu ini yakni untuk memandang permasalahan sapi perah dari sisi lain. Dari sisi sosial misalnya muncul pertanyaan “Apa dampak dari kepemilikan sapi perah bagi pendapatan peternak ? dst.      

Eniwei, selama liburan Juli-Agustus ini ane bakal KKN di kawasan Selo, Boyolali. Salah satu daerah kesukaan ane. Kenapa ? karena deket gunung lah, pemandangannya indah. Hahaha. Sederhana yah.


Kali ini ane juga bakal KKN bareng orang-orang dari berbagai tipe dan spesies yang beraneka ragam. Hahaha. Asik kayaknya :D

belum full team sih. soalnya ane belum punya fotonya. Haha

*Bersambung..



Tuesday, July 8, 2014

9 Juli 2014



Potensi pemilih dalam pilpres sekarang jauh lebih besar ketimbang tahun 2009 lalu. Menurut riset yang dilakukan oleh Poltracking Institute, potensi pemilih sekarang mencapai 94.1%. sedang pada 2009 hanya sekitar 72%. 

hingar bingar Piala Dunia ketutupan ama PilPres coy

Nampaknya semua ini tidak lepas dari peranan 3 hal:

1.  Faktor capres yang maju kedalam kompetisi pemilihan presiden tahun ini.
Dalam pemilu 2014 ini tercatat ada dua sosok hebat yang mengajukan dan diajukan sebagai calon presiden RI. 

Pertama adalah Prabowo, mantan Danjen Kopassus. Beliau adalah sosok prajurit yang terkesan tegas dan lugas dalam bertindak maupun menyampaikan suatu pendapat/pandangan. Fokus beliau terdapat pada cita-cita pembangunan Indonesia yang kuat dan mandiri. 

Sosok kedua adalah Jokowi, mantan walikota Surakarta dan Gubernur DKI Jakarta. Jokowi merupakan sosok yang memberikan kesan sederhana, jujur, dan merakyat. Fokus beliau terdapat pada pembangunan ekonomi kerakyatan untuk kesejahteraan yang merata di Indonesia.

Dalam beberapa artikel disebutkan bahwa alasan keduanya popular, tidak lain karena Prabowo dan Jokowi merupakan antitesis dari sosok SBY. Prabowo tegas dan lugas; beda dengan SBY yang terkesan banyak berfikir, kurang tegas, dan bertindak dengan amat hati2. (misal: dahulu Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina. Namun saat Bush datang, disambut dengan meriah, RI bersahabat lagi dengan AS. Saat komunikasi SBY dibajak oleh Australia pula, beliau masih terkesan “woles”).

Jokowi sederhana dan merakyat; beda dengan SBY yang terkesan misterius, tak terjangkau, serta ber ”mental” pejabat –bermewah-mewahan (misal: menyambut Bush dengan gegap gempita, menggunakan mobil dan pengawalan untuk ke cikeas-istana negara, sehingga menyebabkan kemacetan). 

2.  Faktor media social.
Dalam pilpres kali ini, peran media social tak dapat diremehkan. Pasalnya, banyak kampanye dari kedua pasangan yang berbasis media social. Entah itu, kampanye positif, negative, bahkan black campaign. Para timses kedua calon dalam hal ini nampaknya mengerti betul tentang bagaimana cara memasukkan ilmu marketing yang mereka miliki untuk masuk dan mempromosikan capres masing-masing kedalam dunia medsos yang kini sedang nge-trend.
Dengan demikian, ratusan, mungkin ribuan swing voters maupun mereka yang (tadinya berniat) golput masih berkemungkinan besar untuk dapat dipengaruhi.

Namun khusus untuk black campaign, ane masih bingung ini sebenarnya tindakan siapa.
Apakah tindakan salah satu timses untuk menjelekkan salah satu capres ? kalo iya, ga professional banget dong. Pragmatis banget kesannya.

Apakah tindakan salah satu pendukung capres yang fanatik ? bisa jadi. Pasalnya, 2 tokoh yang kini sedang berkompetisi memang jauh berbeda satu sama lain bila dibandingkan. Mereka tidak berasal dari bidang yang sama. Hal ini makin membuka peluang bagi seorang fanatik untuk menjelekkan satu factor kekurangan dari pihak capres lawan. Karena bagi mereka, capres idolanya adalah sosok yang (hampir) selalu benar. Dan kalo capres mereka diejek ? toh tinggal ejek balik dengan menggunakan kekurangan dari capres lawan yang tidak dimiliki capres si fanatik.

Perumpamaannya ? Hal ini seperti membandingkan apel dengan jeruk. Sama-sama enak dan bergizi, namun isi, bentuk, rasa, dan sifatnya berbeda. Percuma untuk dibandingkan. Lha wong dari awal aja dua entitas ini sudah sangat berbeda. Tinggal kita pilih yang mana ? tentu dengan segala konsekuensinya.
Satu lagi, bisa jadi black campaign dilakukan oleh pihak ketiga yang ingin memecah belah bangsa. Jeeeeng jeeengg. Konspirasi coy. Mbuh lah nek iki. Haha.

3.  Faktor debat capres yang telah rutin dilakukan
Dalam pemilu kali ini, seperti yang telah dilakukan dalam pemilu 2009. Diadakan debat capres, namun dengan skala yang lebih intens/rutin. Topic yang dibicarakan dalam debat ini beragam, mulai dari ekonomi, politik luar negeri, ketahanan nasional, sumberdaya, dll. Debat capres ini berlangsung selama kurang lebih 90 menit dan disiarkan di TV nasional. Hal ini merupakan progress yang amat keren dari KPU. Mereka membuat kita, selaku warga negara biasa yang mungkin kurang tahu banyak tentang capres kita, menjadi tahu lebih banyak. Sehingga hal tersebut dapat menjadi pertimbangan memilih masing-masing dari kita. Namun ada juga yang berpendapat bahwa debat yang diadakan KPU ini masih banyak kekurangan disana-sini. Salah satunya, substansi debat yang harusnya membicarakan visi dan misi kedepan masih kurang terlihat.

Akan tetapi debat semacam ini sebenarnya adalah pendidikan politik bagi masyarakat luas. Begitu pula dengan berbagai “promo” di media social. Ane percaya hal ini nantinya berdampak pada antusiasme masyarakat dalam menyambut politik ke depannya. Kita akan menjadi lebih kritis, lebih tahu siapa yang akan kita pilih, lebih tahu siapa yang akan kita percayakan untuk mengurus nasib kita selama lima tahun kedepan. Dan akhirnya tahu, bahwa politik merupakan pedang bermata dua. Meski disatu sisi ia mempunyai kekuatan untuk melukai siapapun. Namun disisi lain ia mempunyai kekuatan untuk membela hal yang benar, memberikan kebaikan dan bagi kita dan masyarakat luas.

Maka dari itu, mari menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Dimulai dengan memilih presiden besok pagi. Dilanjutkan dengan berkarya bagi kawan, lingkungan, hingga akhirnya bagi bangsa kita. 

-katakan “TIDAK” pada Golput !-
satu menang, satu pasti kalah. jangan tanya "sudah siapkah mereka menghadapi kekalahan". tapi tanya pada diri kita sendiri, "sudah siapkah kita menerima mereka yang menang ?" 


Sunday, July 6, 2014

Sepintas Buka Bersama

            Akhir2 ini banyak acara buka bersama (buber). Ya iyalah, kan puasa, hehehe. Mulai dari buber panitia PERTI, Perus Balairung, HI 2011, dan MP UGM. Buber sendiri menurut ane merupakan suatu tradisi yang baik. Karena pada umumnya, tujuan acara ini adalah untuk menjaga tali silaturrahim antar individu dalam suatu komunitas. Hal tersebut kemudian diwujudkan dalam acara bersama yang bertemakan kegembiraan (*baca: makan bareng2).

Dan entah kita menyadarinya maupun tidak, menurut ane terdapat dua faktor dasar yang menyebabkan atmosfir sebuah buber diisi oleh kegembiraan. Pertama, karena salah satu acaranya sendiri yang “wajib” diisi oleh ritual makan bersama untuk berbuka puasa. “Makan” adalah salah satu kegiatan wajib manusia, yang identik dengan kegembiraan. Kita gembira bukan saat kita makan ? Saat kita berhasil merasakan nikmatnya makanan yang kita kunyah, kemudian telan ? Saat kita tidak lagi merasa lapar ? Sedikit banyak kita pasti gembira (meski kadang tidak kita disadari). Apalagi saat ritual “makan” ini diadakan di bulan suci Ramadhan, di hari puasa. Selama seharian berkegiatan sembari menahan lapar dan dahaga. Kita men-simulasikan diri kita sendiri untuk menjalani keseharian mereka yang miskin dan hidup di jalan dalam menahan lapar. Pada sore harinya, kita diperbolehkan berbuka. Dan setelah “penderitaan” sehari yang kita hadapi, kita berbuka puasa, merasakan nikmat makan bersama teman-teman dalam acara buber. Bukankah ini yang dinamakan “kegembiraan” ?

masak dewe, pangan dewe, rame-rameee

Kedua, karena adanya teman-teman dan saudara disamping kita saat berbuka. Kita memang dapat berbuka sendirian, dan tetap dapat merasakan nikmat makan. Namun bila hal ini dilakukan secara beramai-ramai dalam acara semacam buber, hal tersebut akan berbeda. Kegembiraan dapat lebih terasa. Apalagi bila buber diadakan dalam rangka reuni SMA, SMP, SD, atau apapun dengan label “bertemu kawan lama”. Saat bertemu dan melihat wajah mereka saja mungkin masing-masing dari kita sudah gembira, apalagi saat berbuka dan ngobrol bersama. Membicarakan “kejayaan” masa lalu yang mungkin berisi kenangan mengesankan, hal luar biasa, tindakan bodoh, dll. Dijamin, buber dalam rangka reuni pasti ga bakal selese dalam durasi 2 jam. Bahkan bisa semalaman mungkin. Hahaha.

Karena banyak hal positif tersebut, buber nampaknya akan tetap menjadi acara favorit banyak kalangan dalam menjalani ibadah puasa. Hehe. Asal jangan lupa saja bayar iuran makan dan shalat tarawih.

Monday, June 9, 2014

Revolusioner

Mereka yang begitu mendamba revolusi, apakah sudah saking jenuhnya memandang keadaan dan sistem yg tidak sesuai dengan keinginan ideal mereka ?
Apakah karena sudah saking kaburnya melihat jalan keluar yang tak kunjung tergambar ?
Hingga kemudian beranggapan bahwa mendobrak keadaan adalah jalan satu2nya dalam mengatasi permasalahan bersama. Sembari berharap ada 1 sosok yang berani memimpin dan melakukan 'dobrakan tersebut.

Namun pertanyaannya:

  • Siapkah kita dalam menerima perubahan yang (bisa jadi, dan kemungkinan akan jadi) radikal ? 
  • Siapkah kalangan2 tertentu menerimanya ? 
  • Ke arah manakah kita melangkah setelah perubahan dilaksanakan ? 
  • Sudahkah kita mengecek pihak2 mana yang akan diuntungkan dengan perubahan tersebut ? 
  • Dan terakhir, sudah siapkah semua kalangan (bila) dipimpin oleh seorang revolusioner ? 

Padahal, keinginan akan perubahan dalam jangka waktu yang cepat tak hanya bisa diraih dengan "dobrakan". Bisa jadi, pembenahan hanya perlu dilakukan dan difokuskan di beberapa sektor yang amat penting bagi publik. Yang kemudian setelah sektor tsb diperbaiki, pembenahan di bidang lain bisa jadi lebih mulus. Asumtif ya ? Emang. Namanya aja gambaran kedepan.

Namun yang perlu ditekankan disini, yakni semoga kita berhati-hati dengan pemikiran revolusioner. Yang menganggap (hampir) semua hal perlu dirubah, karena memang sedang berada dalam keadaan genting. Padahal bisa jadi keadaan sebenarnya tidak lebih buruk dari yang kita bayangkan. Bisa saja keadaan kita sekarang sedang menuju ke arah yang positif, dan hanya perlu ditambah sentuhan mereka yang humanis dan dapat menyebarkan optimisme ke banyak kalangan.
pilih kanan ? atau kiri ? 

Monday, June 2, 2014

Pencak Malioboro Festival #3

        Hari ini adalah hari ketiga, sekaligus hari terakhir dari acara Pencak Malioboro Festival (PMF). Sejak dimulai pada Jum’at (30/5) lalu, PMF mendapat sambutan yang meriah dari para penonton dan peserta (kata temen sih, hehe). Gelaran pencak silat ini merupakan acara tahunan yang diadakan untuk ketiga kalinya, sejak pertama kali diselenggarakan pada 2012. PMF sendiri merupakan hasil inisiatif dari komunitas Pencak Silat Yogyakarta yang bernama Paseduluran Angkringan Silat (PAS). Tujuan dari acara ini tidak lain adalah untuk mengenalkan “Pencak Silat”, beladiri asli nusantara kita kepada khalayak ramai Indonesia pada umumnya, dan Yogyakarta khususnya.   


      PMF tahun ini tergolong amat ramai dan antusias bila dilihat dari rangkaian acaranya yang makin berkembang serta jumlah peserta yang makin bertambah sejak tahun lalu. Berbeda dengan tahun lalu, kali ini rangkaian acara dibuat menjadi 3 hari. Dengan 2 hari pertama, Jum’at dan Sabtu, diisi oleh event Lomba Komposisi Gerak Pencak. Peserta yang mengikuti lomba kali ini berasal dari bermacam perguruan dari berbagai daerah. Mereka beradu keindahan dan kemantapan gerak yang dilakukan bersama sembari mengenakan kostum yang beraneka ragam. (kata temen ane lagi, ane ga nonton soalnya). Kemudian di hari terakhir, diadakanlah acara rutin PMF, yakni Pawai Pencak Silat di sepanjang ruas Jalan Malioboro. Dalam pawai ini, tercatat sekitar 5.500 peserta yang mengikuti. Mereka berasal dari 61 perguruan yang tersebar baik di Indonesia, maupun Mancanegara. Kereenn kan ?

        Dan sekedar bercerita, ane siang tadi juga mengikuti rangkaian acara pawai bersama kawan-kawan dari Merpati Putih. Kira-kira sekitar 100 orang pesilat MP, baik dari Sleman maupun Kota DIY, ikut berpartisipasi dalam event kali ini. Berikut kilasan singkatnya;
Sebelum dimulai start dari parkiran Abubakar Ali, kami rombongan MP mengantri terlebih dahulu dibawah teriknya sinar matahari Jogja pukul 13.00. Hoot meen. Ditambah lagi satu fakta terbaru yang kami temukan, yakni hanya perguruan kami yang tidak mengenakan alas kaki untuk menghadapi aspal panas siang ini. Tapi tak apa, toh inilah guna dari pembajaan yang pernah kami jalani selama ini. Yah, kalo udah nginget2 pembajaan, aspal panas pun jadi kerasa anget2 (sugesti ini, asline sih panas tenan yoan, hahaha). 
Lorong pesilat MP

       Tak terasa jam telah menunjukkan sekitar pukul 14.00. Persis sebelum kami memulai start, Mas Nardjo mengungkapkan belasungkawa MP di depan para peserta, serta meminta semua untuk memanjatkan doa sejenak, atas meninggalnya Guru Besar kami, Mas Poeng. Tak lama, start pun dimulai. Masing-masing pesilat yang menyusuri Malioboro seperti tak kenal lelah dalam menampilkan atraksi perguruan mereka. Termasuk MP. Kali ini kami menampilkan bermacam atraksi seperti; aplikasi gerak tangkap-kunci, rangkaian gerak praktis, aplikasi getaran, serta atraksi pematahan benda keras. Pertunjukan berlangsung meriah. Diindikasikan dengan terdengarnya riuh tepuk tangan, serta bersahutannya suara “klik” khas kamera digital, yang diarahkan ke para peserta pawai. Namun sayangnya, menjelang sore pukul 16.00, awan mulai mendung, yang kemudian berujung hujan deras. Rombongan pesilat pun serta merta bubar untuk berteduh, maupun pulang ke tempat transit masing-masing. 
CIAATT !
        Menurut ane pribadi, acara seperti inilah yang sangat potensial untuk menaikkan derajat Pencak Silat di mata masyarakat. Agar kedepan, beladiri sekaligus budaya Indonesia ini dapat menjadi populer sekali lagi. Juga supaya Pencak Silat dipandang sebagai kebutuhan masyarakat, dan bukan sekedar hobi yang digeluti oleh sebagian orang saja. Bahkan bila sekarang, masyarakat masih kurang berminat dengan budaya ini. Harapannya, acara marketing dan branding Pencak Silat seperti PMF kedepan akan makin marak di berbagai daerah di Indonesia. Tentu saja dengan support dari berbagai pihak. Kita pastinya akan bahagia; semisal 20-40 tahun mendatang, kita mendapati banyak dari anak kita yang tiap sore hari jarang berada di rumah. Yang tiap kita tanya, “kemana Le kalo sore ?”, dijawab “Mau latihan silat, pak !” Hehehe. *Berandai-andai.

foto selengkapnya dapat dilihat di album FB Merpati Putih Kolat UGM: https://www.facebook.com/merpatiputih.kolatugm/media_set?set=a.749297398424921.100000340036197&type=3
dan
https://www.facebook.com/merpatiputih.kolatugm/media_set?set=a.748228845198443&type=1

Saturday, May 31, 2014

Mendikte Tuhan

Pernah ga suatu ketika, kamu menginginkan sesuatu. Pasti pernah kan ? Bohong banget dah kalo jawab ga pernah. Haha.

        Keinginanmu mungkin bisa berupa apapun. Mulai dari barang bagus, makanan enak, posisi strategis, IP 4, cita-cita, hingga idealisme. Ya, sah-sah aja sih untuk menginginkan itu semua. Ane pun demikian, punya beberapa keinginan. Mulai dari yang mini, hingga yang jumbo dan ekstra jumbo. Ck, udah kayak ukuran gentong aja ya.

       Tapi apa yang terjadi ketika keinginan kita berbanding terbalik dengan kenyataan ? padahal usaha udah dilaksanakan pula. Bahkan dalam kasus tertentu, kita ga menyangka kalo kehidupan kita bisa dalam sekejap berbalik 180 derajat. Plakk, kayak ditampar telak di muka. Harapan berbanding terbalik dengan kenyataan bukan ?

Apa yang terjadi berikutnya bisa dipilah menjadi dua kemungkinan;
  1. Sabar, tetap berpikir jernih sambil mencari solusi bagi masalah yang sedang dihadapi. Bisa jadi karena kita bingung, kemudian cari temen buat tempat curhat deh. Itung2 dapet rasa lega karena udah plong cerita ama bisa dapet varian solusi yang berbeda dari sudut pandang kita.
  2. Galau, njuk bingung. Terus mencoba mengulang-ngulang apa yang terjadi di dalam kepala. Mencari tahu APA atau SIAPA yang musti disalahkan. Dan apa kesalahan mereka. Hingga kemudian virtualisasi dalam otak tersebut masuk dan dirasa menjadi kenyataan bagi kita. Sejurus berikutnya, kita telah mengetahui “apa/siapa” yang musti disalahkan. Bisa teman, lawan, maupun keadaan. Daan kalo udah sampe level menyalahkan “keadaan” ini, berarti udah gawat. Karena secara ga langsung, kita udah menyalahkan Dia yang membuat keadaan jadi demikian. Kita pengen A, nah malah dikasih B. Giliran kita pengen B, jebret ! malah dikasi R. Kita merasa lebih tau apa yang terbaik untuk kita, daripada Dia yang menciptakan kita. Padahal kita ga tau apakah hal tersebut yang malah cocok untuk kita.


“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)

Ditambah lagi, dulu ane pernah baca kutipan Cak Nun, tapi lupa. Hehe. Intinya beliau menyampaikan bahwa jika Tuhan menyerahkan semua urusan kepada umat manusia; agar manusia bisa bebas berkehendak semau mereka. Maka cukup butuh waktu esok lusa untuk menunggu kehancuran kita semua.


Jadi, intinya. Ambil opsi 1 aja kalo lagi galau. Kalo udah terlanjur masuk ke opsi 2, segera hubungi temenmu untuk curhat. Hehe. 
*asli curhat ki