Malam
ini rasanya langit bersinar terang. Meski rembulan masih mengintip perlahan
dibalik bayang-bayang awan. Yap, malam ini hujan tidak turun, dan aku bersyukur
untuk itu. Sebuah anugerah yang sebenarnya kuanggap sepele di musim kemarau. “Taken
for granted”, kata orang Barat. Suasana cerah-temaram kali ini sebenarnya
adalah gambaran yang “pas” bagi definisi sebuah malam minggu. But not for
me.
Selama
dua tahun terakhir (mungkin lebih), malam mingguku selalu berwarna. Karena
dirimu. Dulu sering kita jalan bersama, berkeliling menikmati romantisnya kota
Jogja. Jalan, jalan, dan jalan, sembari mengobrol di antaranya. Sering kita
mampir makan di warung kaki lima, mulai dari penyetan, pecel lele, wedang
ronde, sampai mie ayam. Haha, khas mahasiswa banget. Sudah jadi tradisi bagi
kita untuk bayar masing-masing. Tapi sering juga jika uang beasiswamu menipis,
aku yang bayar. Dan sebaliknya, misal aku lupa laporan, sehingga beasiswaku tak
turun, maka… (tapi jarang sih terjadi sebaliknya. wkwk).
Di keseharian,
kita saling dukung satu sama lain. Ketika IP mu terjun bebas, aku masih disitu
untuk menemanimu mengerjakan tugas. Tatkala aku pusing menggarap skripsi,
kamu masih disitu, hanya untuk membuatkanku makan siang. Sehingga aku tak usah
pergi mencari makan siang ketika fokus mengerjakan di perpustakaan. That was
nice. We just knew what we had to do to support one another.
Tapi
semua itu lewat sudah. Kita sekarang berada di jalan masing-masing. Kamu dengan
segala rezeki dan fasilitas yang melimpah dari Allah SWT. Dan aku dengan segala
yang ada dan masih kumiliki. Kini rasanya berbeda, aku hanya berjuang demi masa
depan keluarga dan orang tuaku. Masalah jodoh ? Entahlah. Jauh di lubuk hati,
kamu masih yang nomor satu. Namun tenang saja, lambat laun aku bisa belajar
untuk melupakan dan tetap bergerak maju ke depan. Karena prinsipku adalah “Ambil
segala hikmah yang bersifat positif dan buang segala yang terkesan negatif”. Toh
ini hanyalah sebagian kecil dari skenario besar Allah SWT bagi masing-masing
kita. 3, 5, 10 tahun lagi, keadaan akan berbeda. Dan karakter kita di
tahun-tahun mendatang tersebut, tidak lain adalah akumulasi dari segala
pengalaman yang kita pernah kita rasakan selama ini. Jadi, jangan berburuk
sangka dulu pada nasib, Iq. Bisa jadi ini adalah ujian sekaligus pengalaman
yang penting bagi masa depan. Bismillaah.
*edisi
curhat buat memotivasi diri sendiri (dan barangkali orang lain yang baca). Soalnya akhir-akhir ini lagi down. Barangkali dengan curhat singkat kali ini, bisa buat hati tetap semangat. Hoho.
Jon Connor ki sopoo. Ah, sing penting quote e apik. sumber: google |
No comments:
Post a Comment