Tentang Ane

Wednesday, November 16, 2016

Wisuda dan Realita (1)

Suasana wisuda. sumber: wisuda.ugm.ac.id

        “Selamat yaa buat kalian yang wisuda hari ini”. “Semoga sukses selalu, dipermudah dalam hal rejeki ama jodoh”. Aamiin. Doa ini mewakili ane dan segenap umat yang menginginkan kesuksesan bagi kawan mahasiswanya seusai wisuda. Prosesi wisuda pasalnya adalah turning point bagi kehidupan mahasiswa. Titik dimana kita “lepas” dari masa remaja, berlanjut menuju ke masa dewasa. 

            Ibarat video game, kita baru saja menyelesaikan tutorial stage, sebelum memasuki game yang sesungguhnya. Selama tutorial stage, kita sebagai player akan dibimbing, diberi petunjuk, serta diberi permasalahan yang tak terlalu sulit untuk diselesaikan. Sama halnya dengan pendidikan kita dari SD hingga universitas, kita dibimbing, diberi petunjuk, dan telah diarahkan sedemikian rupa. Semua berupaya agar kita dapat survive di dunia nyata, atau game yang sesungguhnya.

Pasca wisuda, biasanya jalan hidup tiap orang makin terlihat jelas. Beberapa contoh diantaranya yakni: 
(1) Ada mereka yang langsung diterima kerja 
(2) Mereka yang memutuskan untuk berwirausaha 
(3) Mereka yang memilih untuk mengabdikan diri bagi masyarakat melalui LSM 
(4) Mereka yang lebih menyukai pekerjaan freelance 
(5) Tentu saja banyak yang lanjut S2 
(6) Namun ada juga mereka yang masih menganggur karena berbagai faktor.

ilustrasi freelancer e nggatheli. wkwkwk. sumber: truelancer.com
          Daan, ane sendiri masuk kategori ke-6, bersama dengan 600 ribuan sarjana lain di Indonesia. Huhu. Akar permasalahan sebenarnya terletak pada perbedaan antara keterampilan yang kita dapat di kampus dan keterampilan yang dibutuhkan di bidang pekerjaan. “Kenapa bisa beda ? Padahal sarjana kan biasanya cerdas/pinter”. Ya, benar. Namun karena merasa cerdas/pinter tersebut, ekspektasi para sarjana juga menjadi tinggi. Sarjana lebih cenderung melamar di perusahaan ternama atau paling tidak di posisi manajerial. Disinilah dilemanya, baik perusahaan atau posisi semacam ini tidak terlalu membutuhkan banyak sumber daya manusia (SDM). Tapi yang mendaftar disini ? buanyaaak. Maka dari itu persaingan menjadi ketat. Mereka yang lolos, masuk. Yang tidak lolos ? silahkan cari lagi. Ini berdasar pengalaman pribadi soalnya. Hehehe. Memang benar ane pernah berada di zona ekspektasi tinggi tersebut, tapi sekarang sudah beda orientasi. Alias sadar diri. Wkwk.

          Ane sadar bahwa idealisme dalam memilih itu penting. Tapi perhatikan realita yang ada serta tujuan yang lebih jauh. Apakah baik jika mengorbankan waktu yang ada demi mengejar pekerjaan impian yang tak kunjung didapat ? jelas tidak. Sayangnya ane terlambat menyadari hal ini. Ane baru sadar seusai menggarap proyek survey bersama riko, ridha, dkk. Survey kami pasalnya menyentuh banyak sekali orang, tepatnya 2400. Disanalah ane baru sadar bahwa kehidupan ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada mereka yang memang mempunyai rezeki berlebih, namun tak sedikit juga yang keadaannya sedih. Jadi, singkirkan impian sejenak, dan beranikan diri menuju realita baru.

leh uga bos. sumber: 9GAG lah

No comments:

Post a Comment